Please activate JavaScript!
Please install Adobe Flash Player, click here for download

GE 48 web

94 global energI EDisi 48 I NOVEMBER 2015 P enyakit nomofobia itu boleh jadi telah memunculkan plesetan teo- ri hierarki kebutuhan Abraham Maslow, bahwa kebutuhan men- dasar manusia sekarang bukan lagi ke- butuhan fisiologi seperti makan, minum, melainkan perangkat komunikasi seperti telepon seluler atau gadget beserta ubo rampainya seperti sinyal, jaringan WiFi. Perkembangan teknologi yang cukup pesat itu membuat telepon seluler atau gadget bukan lagi sekadar sarana komu- nikasi. Berbagai fitur menarik yang dita- warkan seperti media sosial, game, men- jadikan ponsel jadi kebutuhan yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan peng- gunanya, hingga akhirnya menimbulkan gangguan fisik dan psikis. Dengan ponsel itu pula mereka bisa memamerkan kepada orang lain ten- tang eksistensinya. Anda tentu masih in- gat kasus Eri Yunanto, mahasiswa yang jatuh ke kawah Gunung Merapi pada Mei lalu. Dalam foto yang diunggah dalam sebuah akun sosial media terlihat maha- siswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta itu tengah duduk di atas batu di pinggir kawah Merapi. Bisa jadi dia berselfiria dulu dan mengirim ke temannya, sebe- lum akhirnya terjatuh dan terpelanting berkali-kali ke dalam kawah. Di Tiongkok, akibat terlalu asyik ber- main ponsel, seorang ibu harus kehi- langan anaknya yang tewas ditabrak sebuah mobil SUV di halaman parkir se- buah mal. Tampaknya, bocah malang itu lepas dari pantauan ibunya yang sibuk mengotak-atik ponsel miliknya. Menurut saksi mata, bocah itu bermain-main di pinggir trotoar sementara ibunya sibuk bermain ponsel. “Ibu itu terlalu asyik de- ngan ponselnya sehingga tidak menya- dari putranya bermain hingga ke tengah jalan dan akhirnya ditabrak mobil,” kata saksi mata tersebut. Di sejumlah kalangan, ponsel meru- pakan bagian penting dari kehidupan. Namun, di Asia, ponsel telah menyusup ke dalam budaya. Lihat saja bagaimana orang-orang Asia memotret makanan mereka terlebih dulu dengan ponsel dan mengirimnya ke media sosial sebelum mulai menyantap. Di Jepang, perilaku ini mendapat julukan khusus, yaitu budaya Pengidap Nomofobia TerusMelandA KESEHATAN Pesatnya perkembangan teknologi komunikasi telah melahirkan “penyakit” baru, nomofobia di masyarakat yaitu ketakutan tidak memiliki akses telepon seluler. Pemicunya beragam hal, antara lain lupa membawa ponsel (telepon seluler), ketiadaan sinyal, hingga kehabisan daya baterai. Di Asia, pengidap jenis ketakutan ini terus meningkat dan pengidapnya berusia muda.

Pages Overview