Please activate JavaScript!
Please install Adobe Flash Player, click here for download

GE 48 web

global energI EDisi 47 I OKTOBER 2015 73 merah perlu diganti. Peremajaan bajaj merah menjadi bajaj biru yang ramah lingkungan dimulai tahun 2007. Itu dilakukan secara bertahap. Akhir tahun ini, di jalanan Jakarta yang macet, bajaj merah hampir tidak kelihatan lagi. “Awalnya saya ragu menggunakan bajaj biru itu,” kata Haji Kasmadi (60) yang juga asal Indramayu dan mantan penarik baja merah. Bos bajaj biru dengan 15 armada itu mengatakan, karena melihat harga bajaj baru itu yang cukup mahal, sekitar Rp 40 juta sampai Rp 50 juta merek ERG lama, dengan kapasitas 125cc. Ia ragu apa mampu membayar duit sebanyak itu sebagai investasinya. Keraguan Haji Kasmadi dan Kaswari cukup beralasan karena memang belum dicoba. Kendaraan impor langsung jadi (build up) dari India itu ternyata mendatangkan keuntungan lebih. Dari suku cadang awet. Konsumsi bahan bakar lebih irit. Ketersediaan bahan bakar gas (BBG) sekarang tidak masalah. Sekarang ada setidaknya tiga stasiun pengisian BBG di ibukota milik PT Petras, yang di Monas, di Jl Perintis Kemerdekaan, Jl Pemuda Rawamangun. “Bajaj ini lebih enak dikendarai, tangan tidak kotor karena tidak lagi pakai rantai,” kata Kasmadi. Kaswari menuturkan, untuk mengisi BBG antreannya sangat panjang membutuhkan kesabaran. Siang itu di stasiun gas milik PT Petras di Jl Perintis Kemerdekaan ada hampir lima puluh bajaj biru mengantre BBG, terbagi dua lajur. Harga per liter tidak berubah Rp 3100. Paling tidak 15 sampai 20 menit ia harus mengantri BBG. “Pokoknya setiap hari saya dua kali beli gas, siang sekitar Rp 20.000, malamnya kalau narik lagi beli Rp 15.000,” katanya. Sehingga modal untuk narik bajaj biru dari siang sampai malam Rp35000 sampai Rp 40.000. Coba bandingkan dengan bajaj merah, bajaj biru jelas lebih irit Rp 20.000-an. Karenanya, sekarang sebagai penarik bajaj biru, Kaswari bisa mengirim simpanannya ke kampung tiap bulan. Yang menjadi masalah sekarang, pengusaha baja biru Haji Kaswadi, pendapatan dari menarik bajaj sedang mengalami penurunan. Ini karena merebaknya berbagai moda transportasi lain dengan konsep yang lebih menarik misalnya, taksi uber, gojek, grabjek dan semacamnya. “Saya sedang kesulitan mencari penarik bajaj,” katanya sambil menunjuk tiga bajaj biru yang ngangur di pinggir kali Ciliwung, di depan rumahnya. Untungnya, lanjut dia, pihaknya bisa terus bertahan, meskipun belum berencana menambah armada yang baru. “Untuk menutup angsuran lama saja sudah bagus,” jelas Haji Kasmadi. Bajaj biru lama merk ERG angsurannya tidak lebih dari Rp 2 juta selama tiga tahun. Bajaj yang baru merk TVS sekarang dipatok Rp 70 juta dengan angsuran lebih dari Rp 2 juta. Ketua Koperasi Angkutan Lingkungn Jakarta (Kopalija), Haji Rozak (49), membenarkan hal itu. Pengusaha yang ingin masuk ke bisnis angkutan ini harus mempunyai bajaj merah dulu. Dengan fasiitas pendanaan dari KUR (Kredit Usaha Rakyat), pihaknya berusaha menjembati kepentingan pengusaha angkutan kecil ini dengan bank dan PT. Gama Sakti Indonesia selaku import bajaj biru dari India. “Koperasi kami lebih mirip sebagai ko- perasi penyalur atau pengadaan bekerja sama dengan bank dan importir,” kata pria tiga anak itu serius, yang juga asli Indramayu ini. Bank awalnya juga ragu, tetapi dengan melihat perkembangan- nya dengan dukungan kebijakan Pemda DKI, akhirnya BRI bersedia menyalurkan kreditnya kepada anggota Kopalija. Sam- pai sekarang anggota Kopalija mencapai 400 pengusaha kecil bajaj biru ramah lingkungan. Kota Gas Sebagaimana diketahui PT Perusaha- an Gas Negara Tbk (PGN) telah menetap- kan DKI Jakarta sebagai role model kota. Hal ini setelah manajemen PGN mengge- lar pertemuan khusus dengan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama di Balaikota Jakarta, beberapa waktu lalu. Hadir dalam pertemuan itu Direktur Uta- ma PGN, Hendi Prio Santoso, Direktur Pengusahaan PGN, Jobi Triananda Has- jim, Direktur Teknologi dan Pengemba- ngan PGN, Djoko Saputro dan staf PGN. Dalam pertemuan itu, Hendi me- nyampaikan progres pengembangan in- frastruktur gas bumi PGN di DKI Jakarta dalam menjadikan DKI Jakarta sebagai role model kota gas di Indonesia. Hendi menjelaskan, hingga saat ini, PGN sudah memiliki jaringan pipa distri- busi gas bumi di DKI Jakarta sepanjang 701 kilometer. Hingga semester pertama tahun ini, khususnya di DKI, PGN sudah menambah jaringan gas sepanjang 60 kilometer. Jaringan distribusi di wilayah DKI Jakarta adalah bagian dari jaringan distribusi PGN di Jawa bagian Barat. To- talnya sepanjang 2.150 kilometer. Ada- Sejumlah pengemudi bajaj berbahan bakar gas (BBG) mengantre mengisi kendaraannya di unit pengisian bahan bakar gas mobile (GasLink) milik PT Perusahaan Gas Negara Tbk di Jakarta. global energI EDisi 47 I OKTOBER 201573

Pages Overview