Please activate JavaScript!
Please install Adobe Flash Player, click here for download

GE 48 web

66 global energI EDisi 47 I OKTOBER 2015 membantu subsidi PLN tahun depan. “Dengan asumsi tahun depan har- ga CPO naik jadi 700 dollar AS per ton, maka kita bisa mengumpulkan dana CPO Fund sampai Rp10 triliun. Kalau itu terjadi, tentunya subsidi bagi PLN masih bisa dilanjutkan,” ujarnya. Dongkrak Harga Sawit Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Sawit mengklaim pemberlakuan program mandatori B15 (bio diesel) yang dijalankan sejak 26 Agustus 2015 kema- rin telah mendongkrak harga minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO). Hal ini ditandai dengan adanya penai- kan harga CPO di tiga pasar komoditas dunia meliputi: ICDX, MDEX, Rotter- dam. “Setelah disalurkan dan mulai disal- urkan Pertamina, harganya bounce back. Ada up and down. Tapi harga menun- jukkan harga yang positif,” ujar Direk- tur Utama BPDP, Bayu Krisnamurthi, di Jakarta, Selasa (13/10/2015). Bayu mengungkapkan penaikan har- ga CPO sendiri kian terasa di medio Okto- ber 2015. Bahkan katanya, harga CPO sempat menyentuh angka 600 dollar AS per ton atau meningkat 50 persen dari posisnya pada Agustus lalu yang berada di level 400 dollar AS per ton. Berangkat dari hal tersebut, ia meya- kini harga CPO akan bergerak positif menyusul penerpan program B15 dan pungutan dana pengembangan sawit. “Kita enggak mau terlalu tinggi dan ter- lalu rendah. Itu harapan kita. Karena dengan begitu perusahaan akan cukup ruang dan berikan investasi,” kata man- tan Wakil Menteri Perdagangan ini. Bayu menambahkan, menyusul op- timalnya penerapan program B15 pe- merintah berencana memberlakukan program B20 per Januari 2016. Dengan begitu, seluruh badan usaha pemegang izin penjualan ritel solar akan diwajib- kan untuk mencapur biodiesel sebanyak 20 persen di dalam produk yang dijual. “Salah satu progresnya adalah keteta- pan pemerintah bahwa solar untuk PLN juga akan masuk ke scheme dana BPBD sawit. Secara umum progres ini cukup baik jika dilihat dari harga CPO dan akan mengurangi impor solar,” tandas Bayu. Sementara penyerapan bahan ba- kar nabati (BBN) PT Pertamina (Per- sero) masih rendah. Hingga 16 Oktober lalu, Pertamina baru menyerap sekitar 100.000 kiloliter biodiesel dari target 600.000 kiloliter BBN tahun ini. Bayu mengungkapkan, rendahnya serapan biodiesel ini, karena Pertamina masih terganjal masalah subsidi BBN. Pemerin- tah tidak memberikan subsidi terhadap BBN yang dibeli oleh Pertamina. Pertamina sebenarnya sudah me- nyerap biodiesel pada Januari. Namun, pada bulan selanjutnya pembelian ini berhenti. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2015, yang baru disahkan pada Februari, tidak ada alokasi anggaran untuk subsidi BBN. “Berhenti karena subsidi BBN di APBN-P 2015 itu tidak ada. Kemudian (Pertamina) baru menyerap lagi BBN se- telah dana sawit diluncurkan,” katanya. Pertamina baru bisa menyerap bio- diesel kembali pada Agustus seiring dengan mulai aktifnya dana perkebun- an kelapa sawit (CPO fund). Pemerintah mulai memungut iuran dari setiap hasil produksi kelapa sawit dan turunannya yang diekspor sejak 18 Agustus lalu. Dana yang terkumpul sebagian besar di- gunakan sebagai subsidi BBN yang dibeli oleh Pertamina. Bayu mengakui, dalam dua bulan se- jak diberlakukannya CPO Fund hingga saat ini serapan BBN masih rendah. Ini karena sistem subsidi BBN tersebut ma- sih baru, dan BPDP Kelapa Sawit pun belum membayarkan subsidi ini kepada Pertamina. Dia memastikan pihaknya akan se- gera membayarkan selisih harga solar dan biodiesel ini dalam waktu dekat. “Dengan 100.000 kiloliter maka kira- kira setara dengan Rp 250 Miliar. Nilai yang kami support, semua sedang dalam proses, dan kira-kira Rp 27,7 Miliar akan segera kami bayarkan,” imbuhnya. Meski hingga hampir 10 bulan penye- rapan biodiesel masih 100.000 kl, Bayu menargetkan hingga akhir tahun sera- pannya bisa mencapai 700.000 kl. Dia yakin CPO Fund akan membuat Perta- mina mampu menyerap biodiesel hingga 600.000 kl dalam dua bulan. Pertamina sempat menyebut target penyerapan biodiesel tahun ini sebesar 830.000 kl tahun ini. Dari jumlah ini, sebanyak 600.000 merupakan kewajib- an pelayanan publik (PSO) dan 230.000 kl untuk non-PSO. Target ini disesuaikan dengan kewajiban penggunaan biodiesel 15 persen dalam Solar atau B15. Dengan target tersebut, pemerintah bisa mengu- rangi kuota solar 2015 yang mencapai 4,8 juta kiloliter. Tahun depan, kata Bayu, BPDP Ke- lapa Sawit akan menganggarkan Rp 8 triliun untuk mendukung kebijakan pemerintah mengenai kewajiban peng- gunaan 20 persen biodiesel dalam Solar atau B20. Dana ini juga termasuk untuk mensubsidi PLN dalam kebijakan B30 bagi pembangkit listrik.  Djahuari Effendi, ktn, CNN ENERGI TERBARUKAN BAYU KRISNAMURTHI DIRUT BDPP Berhenti karena subsidi BBN di APBN-P 2015 itu tidak ada. Kemudian (Pertamina) baru menyerap lagi BBN setelah dana sawit diluncurkan, BAYU KRISNAMURTHI, DIRUT BDPP

Pages Overview