Please activate JavaScript!
Please install Adobe Flash Player, click here for download

GE 48 web

global energI EDisi 48 I NOVEMBER 2015 33 barukan itu. Masing-masing universi- tas bisa melakukan penelitian untuk menghasilkan teknologi yang tepat guna dan bisa diterapkan.”Matahari banyak dikombinasikan tenaga surya dan tekonologi hibryd,” tambahnya. Dari segi fisik, desa di pulau-pulau kecil memiliki sumber daya alam da- ratan yang sangat terbatas sehingga tidak mampu untuk membangkitkan listrik sendiri, sedangkan sumberda- ya alam laut yang tersedia juga hanya cukup untuk menunjang kehidupan masyarakat sehari-hari. Oleh sebab itulah, pengelolaan sumber daya alam khususnya energi di pulau-pu- lau kecil harus dilakukan secara ter- encana, sistematis, dan terpadu, agar perekonomian masyarakatnya dapat semakin ditingkatkan. “Terutama pe- nyediaan akan listrik yang nampak- nya mulai menjadi kebutuhan primer saat ini. Berdasarkan tinjauan karak- teristik di lapangan, ciri-ciri umum yang ditemukan pada masyarakat desa pulau-pulau terdepan adalah keterbelakangan teknologi dan infor- masi yang berujung pada rendahnya tingkat ekonomi,” katanya. Menurut dia, prinsip yang dikem- bangkan pada aplikasi teknologi peman- faatan energi arus laut adalah melalui konversi tenaga kinetik masa air laut menjadi tenaga listrik.”Tercatat bebera- pa negara telah berhasil melakukan in- stalasi pembangkit energi listrik dengan memanfaatkan energi arus dan pasang surut, mulai dari prototype turbin pem- bangkit hingga mencapai turbin skala komersial dengan kapasitas 1,2 MW/ turbin, seperti yang telah dibangun di Skotlandia, Swedia, Perancis, Norwegia, Inggris, Irlandia Utara, Australia, Ita- lia, Korea Selatan dan Amerika Serikat,” tegasnya. Ia berharap, tahun 2025 energi listrik dari laut yang dihasilkan dari berbagai pembangkit energi yang bersumber dari laut ini akan mencapai target yang pro- porsional yaitu mencapai 5% dari selu- ruh sumber energi terbarukan. “Salah satu upaya realisasi penyediaan listrik bagi desa di pulau-pulau kecil adalah program pengembangan kelistrikan me- lalui pemasangan kabel laut di Kepulau- an Seribu, Laut Jawa. Gugusan pulau- pulau ini memiliki 105 pulau tersebar di empat kelurahan dan berpenduduk sekitar 20.000 orang, dengan anggaran sekitar Rp 275 miliar,” jelasnya. Sementara itu, Pengembang Marine Company dari ITS Irfan Syarif Arif me- nyambut baik rencana pemerintah. Saat ini, ITS sudah mengembangkan dua turbin berkapasitas 5 sampai 50 KWH yang menggunakan energi matahari dan arus laut sebagai alternatif.”Kalau yang kita rancang masih skala kecil saja. Kare- na dengan skala besar tingkat kegagalan- nya cukup tinggi,” jelasnya. Untuk pembangkit listrik berkapa- sitas 5 KWH bisa digunakan 20 Kepala Keluarga (KK).”Kalau kita menggunakan energi mix yakni dari matahari dan arus laut. Kalau hanya arus laut kemungkinan dayanya akan naik turun,” tegasnya. Ia akui, investasi yang digunakan un- tuk membangun pembangkit listrik dari energi terbarukan cukup besar karena se- bagaian besar prototipenya masih diimpor. Untuk setiap 1 KWH, biaya investasi yang harus dikeluarkan antara 3 sampai 10 ribu dollar AS. Besarnya anggaran itu menjadi kendala untuk mengembangkan program tersebut.”Kalau 70 persen prototipenya memang berasal dari impor sedangkan si- sanya kita bisa membuat sendiri,” tandasnya. Gandeng India Guna meningkatkan pemanfa- atan energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia, Kementerian ESDM kembali menginisiasi ker- jasama bilateral pada Senin (2/11) dengan India. “Kerjasama ini di- lakukan karena mereka sukses mengembangkan energi angin dan surya. Terutama angin di mana 70 persen energi baru ter- barukan India dari angin,” kata Rida Mulyana, Direktur Jenderal EBTKE Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam keterangan resminya. Dalam penandatanganan nota kesepahaman dengan Duta Besar India untuk Indonesia dan Timor Leste Gujrit Singh, kedua negara bersepakat meningkatkan kerja- sama dalam beberapa hal meli- puti, pertukaran informasi dan teknologi, serta mengembang- kan suatu proyek dan riset secara bersama. Tak cuma itu, tambah Rida kedua pi- hak juga akan mendorong peningkatan transfer teknologi, mendorong promosi dan investasi, sampai pada mendorong dialog masalah kebijakan serta terakhir pengembangan sumber daya manusia atau capacity building. “Potensi angin mereka besar, jadi me- reka memiliki banyak wind farm yang ingin saya pelajari dari mereka. Kok bisa mereka jual listrik angin dengan tarif sangat rendah?” tuturnya. Seperti diketahui, saat ini harga jual listrik di India berada di angka tak lebih dari 20 sen dollar AS per kilo watt per hour (kWh). Rida menjelaskan, renda- hnya harga jual listrik tersebut dilatarbe- lakangi oleh kebijakan pemerintah India yang sangat mendukung pemanfaatan EBT dan tidak lagi bergantung pada im- por bahan baku. “Awal-awal mereka me- mang masih bergantung pabrikan luar, tapi sekarang tidak lagi. Ada tax holiday untuk pengembang, listrik yang dijual tidak kena pajak, dan pemerintah mem- berikan subsidi untuk lahan (inkind) un- tuk pengembangan energi angin,” pung- kasnya. budi Prasetiyo global energI EDisi 48 I NOVEMBER 201533

Pages Overview