global energI EDisi 47 I OKTOBER 2015 71 program ini,” katanya. Bagaimana komentar Dirjen EBTKE dalam soal ini? “Sudah pasti kami bantu, siapa saja yang akan ‘membangun’ ener- gi baru terbarukan. Sudah pasti, kami mempunyai kreteria-kreteria yang sudah menjadi acuan,” kata Rida Dia mengatakan, pihaknya mencoba sosialisasikan program peningkatan por- si energi baru terbarukan. Dengan karak- ternya yang banyak libatkan masyarakat. Seperti energi matahari, air, biogas. Se- muanya basis masyarakat sehingga perlu dukungan masyarakat. “Pemerintah ng- gak bisa jalan sendiri,” katanya lagi. Adapun syarat utama yang harus dipenuhi oleh pesantren-pesantren ini adalah jumlah santri yang minimal sejumlah 500 orang agar dapat meng- hasilkan biogas yang optimal. Agar dapat menghasilkan biogas, kotoran tersebut akan ditampung di tempat tertutup yang tidak terkena udara ter- buka, dimana setelah 2 minggu baru akan menghasilkan gas. Sisa dari ko- toran tersebut selanjutnya dapat di- manfaatkan untuk pupuk. Dengan adanya kerjasama dengan pesantren ini, diharapkan dapat turut merubah paradigma pesantren dimana sebelumnya dalam posisi “penerima”, menjadi “pemberi” energi baru terba- rukan untuk listrik yang dapat dijual kepada PLN. Di samping itu, tujuan dari program ini tak lain untuk lebih mem- perkenalkan kepada masyarakat terha- dap energi baru dan terbarukan, dalam hal ini berbentuk biogas. “Tidak itu saja, program ini memberi- kan manfaat tersedianya biogas dari lim- bah kotoran untuk kepentingan operasio- nal Ponpes yang bersangkutan. Manfaat bagi Ponpes, lingkungan maikn baik . Yang paling penting, biaya operasional pondok semakin dihemat,” kata Rida Berdasarkan data yang ada , hing- ga Juni 2015 sebanyak 15 pesantren di seluruh Indonesia telah menggunakan energi biogas dari tinja manusia untuk pembangkit tenaga listrik sebagai upaya pemanfaatan energi baru dan terbaru- kan. Rida mengatakan, untuk memproduk- si energi tersebut sedikitnya dibutuhkan 500 orang dan saluran pembuangannya tidak boleh dicampur dengan saluran lain. “Kalau bisa saluran pembuangan- nya jangan digabung dengan saluran lain apalagi dengan sabun, karena sabun dapat mematikan bakteri-bakteri yang menghasilkan gas,” kata Rida. Selain dengan tinja manusia, juga biogas dapat menggunakan tinja sapi, dengan perhitungan rata-rata kotoran tiga ekor sapi dapat menghasilkan ener- gi sekitar 2.000 watt jam atau sama dengan satu liter solar/satu liter minyak tanah. Ini adalah bentuk untuk member- dayakan masyarakat agar membantu pe- merintah untuk mewujudkan program pembangkit tenaga listrik 35 ribu watt dalam lima tahun. “Kita tidak bisa terus-terus bergan- tung kepada investor, kita juga harus mandiri, maka itu pemberdayaan ma- syarakat perlu dilakukan dengan sosiali- sasi mereka untuk mulai menggunakan energi baru dan terbarukan,” kata dia. Selain memanfaatkan energi baru dan terbarukan pemerintah juga menyaran- kan masyarakat untuk konservasi ener- gi dengan mematikan lampu jika tidak digunakan atau membangun bangunan dengan jendela agar sinar matahari masuk dan tidak memerlukan lampu. Erfandi Putra RIda MULYANA DIRJEN EBTEKE EDSM GUS NIZAM Pengasuh Ponpes Ahlus Shofa Wal Wafa global energI EDisi 47 I OKTOBER 201571