Please activate JavaScript!
Please install Adobe Flash Player, click here for download

GE 48 web

global energI EDisi 48 I NOVEMBER 2015 45 Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat dan Sumba Barat Daya serta pihak ter- kait dengan LSM dalam dan luar neg- eru, khususnya yang digerakkah oleh HIVOS.”Targetnya pada akhir prog- ram yaitu 2020, Pulau Sumba sudah bisa memenuhi 100 persen kebutuhan elektrifikasi untuk penerangan,” ujar Robert Irwanto dari pokja 2 Kabupaten Sumba Barat Daya. Sampai dengan akhir 2014 di SBD yang berpenduduk lebih dari 63 ribu jiwa, baru 21.000 atau sekitar 30 persen yang sudah terjangkau listrik, sehingga masih ada 42.000 warga lagi yang harus menda- pat listrik dalam lima tahun mendatang. “Dengan mengabaikan pertumbuhan penduduk, maka tiap tahun harus ada penambahan listrik bagi 7.000 warga,” kata Robert dengan menambahkan bah- wa kementerian ESDM memproyeksikan penambahan tenaga listrik untuk seribu warga per tahun. “Sisanya diharapkan dapat dipenuhi oleh pemangku kepentingan yang lain,” imbuh Robert yang juga optimistis prog- ram tersebut dapat tercapai bila seluruh masyarakat dan pemerintah bersama- sama melakukannya. Ia menjelaskan, pembangunan pem- bangkit listrik dengan tenaga terbarukan memerlukan investasi yang sangat tinggi, misalnya, untuk satu pembangkit tenaga mikrohidro dengan kapasitas 30 kilowatt listrik yang bisa dimanfaatkan untuk 50 kepala keluarga diperlukan biaya sekitar Rp 1,5 miliar. Pulau Sumba kaya akan cahaya mata- hari sepanjang tahun sehingga sumber energi terbarukan yang terbanyak adalah matahari, meskipun pembangunan sa- rana energi matahari juga relarif mahal yaitu dengan dana sekitar Rp1,5 miliar dapat memproduksi lima kilowatt listrik. Lima tahun bukan waktu yang pan- jang untuk mengejar mimpi mewujudkan kemandirian elektrifikasi dengan energi terbarukan di Sumba dan diperlukan ker- ja yang sungguh-sungguh dari seluruh pe- mangku kepentingan untuk mencapainya. Pembangkit Mangkrak Sayangnya, masalah pemeliharaan pembangkit yang telah terbangun kini jadi kendala. Keterbatasan petugas pe- mantau dan pemelihara pembangkit listrik yang sudah terbangun, masih ter- batas.Pun jauhnya lokasi juga jjadi ham- batan, sehingga banyak sarana dan prasa- rana pembangki tlistrik panel surya pun teIantar. Salah satunya di Wee Patando, keca- matan Wewewa Tengah kabupaten Sum- ba Barat Daya (SBD), Nusa Tenggara Ti- mur, dimana pasangan suami istri Lukas dan Ina Yus tinggal. Mereka korban dari mangkraknya pembangkit yang sudah terbangun beberapa tahun lalu, Ia dan suaminya, Lukas Bulubeleka menyerahkan sebagian lahan kebun me- reka untuk dipergunakan sebagai tempat pembangunan sarana pembangkit listrik tenaga surya yang merupakan bagian dari program SII dalam bidang penye- diaan energi terbarukan. “Bulan April listrik sudah menyala, dan tiap rumah mendapat masing-ma- sing tiga bohlam (lampu pijar),” kata Ina Yus yang rumahnya di ujung kanan per- kampungan adat berpenduduk 32 kepala keluarga, kepada Antara yang mengunju- ngi desa tersebut pertengahan Juli lalu. Namun, kenikmatan tersebut hanya berlangsung dua bulan, karena suatu saat petir menyambar peralatan di pusat pembangkit listrik tersebut dan desa me- reka kembali gelap gulita.Matanya men- erawang memandang panel surya lebar yang masih menampung cahaya terik, te- tapi kabel-kabel dan baterainya tidak lagi mampu mengubah panas matahari men- jadi daya listrik. “Kami menunggu petugas datang un- tuk memperbaikinya,” tutur perempuan itu serta menjelaskan bahwa di lahan ter- sebut dulu dia memiliki pepohonan jeruk dan kemiri yang hasil panennya bisa di- jual. “Dulu kami bisa mendapat cahaya lampu setiap pukul enam sore hingga enam pagi, dengan membayar hanya Rp10.000,- se bulan,” ungkap Margarita Tamboina (27) ibu dari empat anak, te- tangga Ina Iyus. Tanpa listrik tersebut warga kembali memakai lampu dengan bahan bakar minyak tanah yang harus di beli di luar desa dengan harga Rp8.000,-/liter untuk pemakaian paling hemat satu pekan. “Kalau memakai pelita dua atau tiga maka satu liter hanya cukup dua hari, untuk membeli minyak tanah juga perlu ongkos karena kiosnya jauh,” ucapnya dengan menambahkan bahwa ia memi- liki bayi sehingga lebih boros memakai lampu pelita. Warga mengaku sangat berharap pemerintah segera memperbaiki pem- bangkit listrik yang rusak tersebut agar mereka bisa menikmati cahaya lampu kembali.Lukas yang kini menjadi peme- gang kunci dan penjaga PLTS di Wee Pa- tonda hanya pasrah menunggu perbaik- an.PLTS tersebut dibangun PAA 2012 oleh pelaksana PT Surya Energi Indotama bisa membagikan 260 watt daya listrik bagi 32 KK warga desa setempat. Djauhari Effendi global energI EDisi 48 I NOVEMBER 201545

Pages Overview