Please activate JavaScript!
Please install Adobe Flash Player, click here for download

GE 48 web

56 global energI EDisi 48 I NOVEMBER 2015 dustri yang mau menggunakan LNG. Namun saat ini harga minyak mentah dunia sudah turun berkisar 50 dollar AS per barel sehingga efisiensi biaya ter- sebut tidak tercapai. “Ditambah dengan bisnis tambang batubara yang harganya saat ini masih cukup rendah. Untuk itu beberapa perusahaan tambang menun- da menggunakan LNG,” katanya. Namun ada perusahaan tambang yang mengikuti pilot project seperti PT Indominco Mandiri, PT Berau Coal, dan PT Ciptakrida tetap bertahan untuk mencoba beralih menggunakan LNG. Berau sendiri baru akan menggunakan LNG pada Januari 2016. Potensi penggunaan LNG oleh Be- rau mencapai lima 5 mmscfd sampai 10 mmscfd atau bisa mencapai hingga 20 isotank. “Tahun depan masih bisa tumbuh. Potensi untuk Kalimantan be- sar, jika harga minyak 100 dollar AS per barel maka penggunaan LNG bisa capai 50-100 mmscfd. Industri ditambah min- ing jika konversi ke LNG bahkan bisa sampai 250 mmscfd,” ujar Kusdi Wido- do, General Manager LNG PT Pertagas Niaga. Sementara itu, saat ini pemasaran LNG untuk konsumen ritel masih cukup kecil hanya sebesar 1 mmscfd. Harga LNG tersebut dijual sekitar 13 dollar AS per mmbtu. PT Pertamina Gas (Pertagas) menyi- apkan truk LNG dan small LNG carrier untuk membuka pasar pengguna gas di wilayah yang belum memiliki infrastruk- tur pipa. Hendra Jaya, Presiden Direktur Per- tagas, mengatakan masih banyak pem- bangkit listrik skala kecil milik PT Per- usahaan Listrik Negara (Persero) yang menggunakan diesel di Sumatra. Hal tersbut menjadi potensi pasar tersendiri bagi perusahaan untuk mengoptimalkan penggunaan gas. “Kami sudah punya fasilitas dan dapat membawanya dengan small LNG carrier, atau truk LNG dengan ISO-tank. Kami sudah berhasil melaku- kannya di Botanh, jadi tinggal mendup- likatnya saja,” katanya. Hendra menuturkan keberadaan fasilitas terminal penampungan dan re- gasifikasi Arun membuat perusahaan dapat memperluas pasarnya. Dengan kapasitas penyimpanan LNG hingga 12 juta ton per tahun, membuat perusa- haan dapat memastikan pasokan gas kepada konsumen di wilayah Sumatra. Menurutnya, keberadaan pembangkit listrik dan pabrik semen baru di sekitar Aceh dapat menjadi anchor buyer gas yang disalurkan perusahaan. Pasalnya, kedua sektor tersebut memerlukan pa- sokan gas yang cukup besar untuk dapat terus berproduksi. “Ada rencana membangun pabrik se- men di Kabupaten Pidie, itu dapat men- jadi anchor buyer bersama pembangkit listrik. Apakah nanti pembangkit lis- triknya juga memerlukan gas, kami bisa dengan mudah membawanya dg truk LNG,” ujarnya. Sebelumnya, Direktur Utama Perta- mina Dwi Soetjipto, berharap terminal penampungan dan regasifikasi Arun dapat mengelola bisnis LNG Hub. Ala- sannya, fasilitas yang dikembangkan PT Perta Arun Gas itu memiliki kapasi- tas tanki penyimpanan LNG hingga 12 juta ton per tahun, dengan produksi 400 MMscfd.Dengan begitu, terminal penampungan dan regasifikasi Arun ti- dak hanya digunakan untuk mengurangi konsumsi bahan bakar minyak pada pembangkit listrik, tetapi juga dapat me- menuhi kebutuhan gas industri di Aceh dan Sumatra Utara. Pertamina sendiri terus berupaya un- tuk mengembangkan infrastruktur gas, karena permintaan gas dalam negeri pada 2025 diperkirakan mencapai 9.040 MMscfd.  Agung Kusdyanto, ktn, CNN HILIR

Pages Overview