Please activate JavaScript!
Please install Adobe Flash Player, click here for download

GE 48 web

global energI EDisi 48 I NOVEMBER 2015 83 Di dalam reaktor, masih kata Jennie, terdapat pengaduk untuk mencampur rata biji buah bintaro, metanol dan air. Pada waktu yang bersamaan itu pula, ke- tiga bahan yang ada di dalam reaktor ter- sebut, juga dipanaskan hingga 140-200 derajat celcius. Di mana seluruh proses ini, membutuhkan waktu selama 4-6 jam. Setelah seluruh bahan tersebut di- ngin, katup dan reaktor dibuka untuk mengambil hasil pencampuran ketiga bahan tersebut, yang berupa cairan dan padatan hitam. “Padatan hitam dapat dimanfaatkan untuk membuat etanol. Sedangkan cairan hitam diproses lebih lanjut untuk menjadi biodiesel, sehing- ga proses pembuatan biodiesel dari biji buah bintaro ini sangat ramah ling- kungan, karena limbahnya masih bisa dimanfaatkan untuk membuat bahan lain,” terangnya. Kemudian cairan hitam tersebut, yang terdiri dari biodiesel, gliserol dan pengotor. Ketiganya lantas dicam- pur dengan N Heksana, karena perbe- daan sifat kepolaran, sehingga dalam proses pencampuran tersebut hanya biodiesel yang akan terlarut dengan N Heksana. “Larutan biodiesel dan N Heksana ke- mudian dimasukkan ke dalam corong pemisah. Setelah itu dilakukan metode ekstraksi cair-cair, untuk memisahkan gliserol sebagai produk sampingan yang masih bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan sabun. Selanjutnya, biodiesel dan N Heksana dipisahkan menggunakan mesin rotary evaporator. Tahap terakhir proses ini adalah men- guapkan N Heksana pada suhu 70 dera- jat selama antara 45 menit- 1 jam hingga meninggalkan biodiesel biji bintaro,” je- las Maria saat ditemui dalam kesempa- tan sama. Maria mengungkapkan, penemuan biodiesel biji buah bintaro ini, berawal dari dia dan Jennie tak sengaja berjalan- jalan di kawasan Kaliwaron Surabaya untuk sebuah urusan tertentu. Mereka melihat banyak pohon bintaro yang buahnya jatuh berceceran di bawah dan sudah mengering. Kemudian mereka bertanya kepada warga yang ada di wi- layah setempat mengenai manfaat buah bintaro yang berjatuhan tersebut, oleh warga biji buah bintaro itu digunakan untuk racun tikus. Mereka pun penasar- an akhirnya mereka melakukan tinjauan pustaka, ternyata biji buah bintaro mem- punyai kandungan minyak yang luma- yan tinggi. Lalu hal tersebut ia sampaikan ke- pada dosen pembimbingnya, Ir. Suryadi Ismadji, Ph.D dan Felycia Edi Soetared- jo, Ph.D. Kemudian Jennie dan Maria melakukan penelitian di sela-sela waktu kuliah hingga sekitar tujuh bulan lama- nya, mulai dari September 2014 sampai Juli 2015. Inovasi dengan teknologi ramah lingkungan ini, juga mengantarkan Jen- nie dan Maria menjadi pemenang ketiga dalam ajang bergengsi Tokyo Tech Inno- vation Commitment Award (TICA) pada 22 Agustus 2015 lalu. Sebagai perwakilan tim, rencananya Jennie akan bertandang ke negeri Sakura pada Oktober ini untuk mempresentasikan hasil karya inovasi tersebut. “Kami berharap, biodiesel dari biji buah bintaro ini dapat dikomersilkan untuk kepentingan masyarakat,” tandas- nya.  Bayu Basu Seno Buah bintaro yang sudah jatuh dan mengering, bijinya itu ternyata mengandung kadar minyak yang cukup tinggi antara 40-60 persen. Jennie Bagun Rizkiana mahasiswa Fakultas Teknik Kimia UWM SURABAYA proses pembuatan, dari biji buah bintaro hingga menjadi biodiesel Foto:BayuBasuSeno global energI EDisi 48 I NOVEMBER 201583

Pages Overview