Please activate JavaScript!
Please install Adobe Flash Player, click here for download

GE 48 web

global energI EDisi 48 I NOVEMBER 2015 53 kepada pemerintah. Jika Genting Oil tetap ingin menjadi operator di blok itu, maka mereka harus memiliki minimal 51 persen saham. Cadangan gas di Blok Kasuri cukup besar. Pada Februari 2011, Genting Oil telah menemukan cadangan gas sebesar 2,2 triliun kaki kubik (TCF) hanya dari satu sumur, yakni sumur Kido. Setelah eksplorasi hingga 10 sumur, ditemukan ada tambahan cadangan baru. Namun, Djoko tidak mengetahui jumlah tambah- an cadangan baru tersebut. Yang jelas, semakin besar cadangan mi- gas yang berhasil ditemukan maka risiko yang dihadapi perusahaan kontraktor juga kian tinggi. Sebab, investasi yang dikeluar- kan menjadi lebih besar. Sejauh ini Genting telah mengeluarkan dana hingga 400 juta dollar AS untuk eksplorasi. Blok Kasuri direncanakan akan mulai memproduk- si gas tahun 2018. Namun, hingga kini Genting Oil belum mengajukan rencana pengembangan (plant of development / PoD) blok tersebut. Direktur Jenderal Migas ESDM, IGN Wiratmaja Puja mengatakan cadangan gas di Blok Kasuri bisa mencapai 1,8 tril- lion cubic feet (TCF) dengan potensi pro- duksi gas jika sudah berproduksi menca- pai 80-100 mmscfd. Blok Kasuri yang dikelola oleh Genting Oil bisa saja menarik bagi banyak inves- tor baru. Maklum, Wiratmaja menyebut ke depannya gas dari Genting Oil ini akan dimanfaatkan untuk pabrik Petro- kimia yang akan dibangun di Bintuni. Wiratmaja mengatakan, pemerintah akan mengarahkan agar gas produksi Genting Oil bisa memasok pabrik Petro- kimia tersebut. “Kalau banyak terserap makin senang kami. Tapi sekarang kan masih proses, karena POD belum final,” tutur Wiratmaja. Genting Oil memang belum meng- ajukan plan of development (pod) di Blok Kasuri. Genting Oil masih memiliki waktu selama dua tahun ke depan hing- ga 2017 untuk mengajukan POD sesuai dengan masa eksplorasi yang akan ber- akhir di tahun 2017 mendatang. Sebelumnya ExxonMobil Oil Indonesia yang akhirnya melepas semua aset minyak dan gas bumi (migas) yang dimilikinya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Per- usahaan migas multinasional asal Amerika Serikat ini menjual hak partisipasinya (par- ticipating interest/PI) di Blok B dan Blok North Sumatra Offshore (NSO) kepada PT Pertamina (Persero). “ExxonMobil telah mengalihkan hak penyertaan PSC Blok North Sumatra Offshore dan Blok B kepada Pertamina,” kata Vice President Public and Govern- ment Affairs ExxonMobil Indonesia, Er- win Maryoto. Namun, ia menolak menjelaskan se- cara detail perjanjian jual-beli kedua blok migas tersebut dengan Pertamina, termasuk nilai dan waktu finalisasi tran- saksi. Berdasarkan informasi yang diper- oleh Katadata, pengalihan hak partisi- pasi ExxonMobil di Blok B dan Blok NSO mulai berlaku pada 1 Oktober. Artinya, mulai awal Oktober Pertamina menjadi operator dua blok tersebut. Erwin juga belum mau menjelaskan nasib dan status pekerja Exxon di Blok B dan Blok NSO. Yang pasti, kata dia, Pertamina akan mengoperasikan se- jumlah fasilitas produksi di dua blok itu sehingga tentu memerlukan dukungan dari banyak pekerja. Selain itu, ExxonMobil akan bekerja bersama dengan Pertamina untuk mem- inimalkan dampak terhadap perubahan operator dua blok tersebut dan memas- tikan transisinya akan berjalan lancar. “ExxonMobil tetap berkomitmen pada Indonesia,” imbuh Erwin. Selain Blok B dan Blok NSO, menurut Erwin, ExxonMobil juga menjual semua kepemilikan sahamnya di PT Arun Natu- ral Gas Liquefaction (NGL) kepada Perta- mina. Di perusahaan operator kilang gas alam cair (LNG) Arun yang berdiri tahun 1974 tersebut, ExxonMobil memi- liki 30 persen saham. Adapun Pertamina mengempit 55 persen saham dan sisanya sebanyak 15 persen dimiliki oleh kon- sorsium Japan-Indonesia LNG Company (JILCO). Nilai aset Arun NGL, termasuk kilang LNG dan fasilitas pendukungnya, pernah ditaksir hampir Rp 7 triliun. Vice President Corporate Communi- cation Pertamina Wianda Pusponegoro mengakui pihaknya berminat membeli saham partisipasi ExxonMobil di Blok B dan Blok NSO. Perusahaan pelat merah ini sudah mengirimkan surat minat ke- dua blok itu kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Se- lain itu, Pertamina telah membicarakan rencana tersebut dengan pemerintah. Sekadar informasi, Blok B tercatat memiliki cadangan minyak sebesar 3.343 million stock tank barrels (MTSB) dan cadangan gas sebesar 104 miliar kaki kubik (Billions of Standard Cubic Feet/ BSCF). Sedangkan Blok NSO memiliki cadangan minyak sebesar 272 MTSB dan cadangan gas 92 BSCF. ExxonMobil men- jadi operator kedua blok tersebut hingga kontraknya berakhir tahun 2018. Perpanjangan Kontrak Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan segera meres- mikan perpanjangan kontrak blok mi- gas. Ada tiga blok migas yang akan diper- panjang kontraknya, yakni Blok Offshore North West Java (ONWJ), Blok Kampar, dan Blok Gebang. Blok Gebang yang akan habis pada 2015 diberikan kepada EMP Gebang karena Pertamina tidak mengajukan permohonan perpanjangan. Sementara itu, Blok ONWJ yang akan habis kontrak pada 2017 akan diberikan perpanjangan kontrak kepada kontrakor eksisting yaitu Pertamina de- ngan meningkatkan participating interest Pertamina. “Jumlahnya saya tidak terlalu hafal, yang jelas pertamina naik, EMP (PT Energi Mega Persada) dan Kufpex berku- rang jauh, dan pemda dapat 10%,” jelas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas), IGN Wiratmaja Puja. Selain Blok ONWJ, Pertamina juga mendapatkan Blok Kampar dan Blok Ma- hakam yang akan habis masa kontraknya pada 2017. Pembicaraan mengenai Blok Mahakam antara Pertamina, Total E&P Indonesie, dan Inpex Corporation masih terus berlangsung. Sementara itu, Pemda Kalimanta Timur telah dipastikan menda- patkan PI sebesar 10% di Blok Mahakam. DjauhariEffendi,Ins DWI Soetjipto DIRUT PERTAMINA global energI EDisi 48 I NOVEMBER 201553

Pages Overview