Please activate JavaScript!
Please install Adobe Flash Player, click here for download

Pialang Indonesia Edisi 22 Juni 2014-s

56 cara awam, masyarakat Indonesia masih kurang paham betul tentang saham, jadi penolakannya di situ,” katanya. Itu tak seberapa. Dibandingkan den- gan teman-temannya, ia termasuk orang yang sangat beruntung. Walaupun sama- sama mengalami kesulitan pada saat menjual produk investasi, setidaknya Afifa tak begitu repot ketika memperkenalkan produk-produknya sebab orang-orang yang ia temui sedikit ban- yak sudah paham mengenai investasi. Maklum, daerah pemasa- rannya di sekitar kawasan elite Pondok Indah, Jakarta Selatan. “Sebelumnya mungkin kalau di Mandiri itu lebih gampang menjualnya dibanding dengan sekuritas yang belum terkenal. kalau yang lain kan banyak yang mengeluh susah jual,” katanya. Bedanya dengan orang lain, masalah yang sering ia jumpai di lapangan adalah perasaan takut dari para nasabah terhadap fluktuasi yang cukup tinggi. Karena itu ia kerap ditolak. Tak hanya sekali, kalau lagi kurang beruntung, baru memperkenalkan diri saja Afifa sudah ditolak. “Kalau di Pondok Indah itu mereka tahu saham, cuma mereka lebih memilih obligasi, deposito, atau reksadana. Mereka tidak mau investasi dengan fluktuasi tinggi, maunya yang safety saja. Walaupun enggak sedikit juga dari mereka yang mau trading sendiri,” jelasnya. Satu sampai tiga bulan awal, Afifa masih saja belum mendapat banyak nasabah. Kemudian ia berpikir dan merenung. Mengamati dan mengevaluasi apa-apa saja yang kurang dari caranya berda- gang selama ini. Ia yakin ada satu cara yang bisa mendekatkan dirinya dengan nasabah. Pertama-tama harus menjalin koneksi, barulah ia sadari itu sebagai salah satu cara untuk dekat dengan nasabah. Dengan koneksi ia bisa mendapatkan banyak peluang. Baginya koneksi menjadi kunci sukses awal. “Kita menjalin koneksi dulu, kalau koneksi sudah baik, dari situ datangnya kesempatan. Itu mungkin kita musti kenal dulu, kita mesti tahu harus memposisikan diri, supaya tidak kaku kita mesti humble. Walaupun enggak kenal tapi kita mencoba kenal den- gan sopan. Kalaupun kita tidak berhasil dengna dia, mungkin dia bisa nunjukin ke temannya. Itu gunanya menjalin koneksi,” ujar gadis berambut panjang ini. Begitu tahu caranya, bulan-bulan berikutnya Afifa mulai gam- pang mencari nasabah. Terkadang ia juga diuntungkan kalau ada nasabah yang datang langsung ke kantornya. Jadi ia tak perlu repot-repot mendatangi kliennya. PERSONAL STORY Semakin lama, nasabah semakin bertam- bah banyak. Kurang lebih sekitar 1 tahun 2 bulan, karirnya sebagai marketing selesai. Ia dipromosikan menjadi equity sales karena nasa- bah yang ia kumpulkan cukup banyak. “Lama kelamaan ngumpulin nasabah banyak, dan la- ma-lama menjadi equity sales,” aku mahasiswi yang saat ini sedang menyelesaikan studi. Sekarang, ia sudah 4 bulan menjalani ja- batan baru sebagai equity sales. Awal mula menjadi equity sales, perasaannya campur aduk. Senang, was-was, dan takut, sering kali tak terelakan. Ia selalu berusaha jujur, namun tetap saja Afifa merasa grogi pada saat real trading. Meskipun di kampus sudah diajarkan bagaimana caranya bertransaksi, “Kalau jadi equity sales deg-degannya lebih dapat.Jadikitatahubagaimanarasanyacemas, kita tahu perasaan cemas nasabah bagaimana, karena kita langsung tahu bagaimana perkem- bangannya saham itu nanti,” ceritanya. Lantaran ia masih baru, Afifa sadar betul kalau masih harus banyak belajar. Terutama dengan para senior-seniornya. Sampai seka- rang ia pun belum berani trading dengan gaya yang macam-macam. Ia lebih memilih cara aman seperti yang diajarkan di kampus- nya, pada saat menghandle uang nasabah di pasar bursa. Ia lebih menyukai menggunakan formulasi 4-4-2. “Formulasi 4-4-2. 40 persen jangka pan- jang, 40 persen jangka menengah, dan 20 persen yang untuk trading atau jangka pendek. Alhamdulillah sampai saat ini masih aman,” ujarnya sembari tersenyum. Kini, transaksinya per hari sudah mencapai “Kita menjalin koneksi dulu, kalau koneksi sudah baik, dari situ datangnya kesempatan. Itu mungkin kita musti kenal dulu, kita mesti tahu harus memposisikan diri, supaya tidak kaku kita mesti humble.

Pages Overview