Please activate JavaScript!
Please install Adobe Flash Player, click here for download

Pialang Indonesia Edisi 22 Juni 2014-s

23 Menurut catatan Pefindo, terdapat 11 perusahaan yang memilih menunda rencana un- tuk menerbitkan surat utang dengan total emisi mencapai Rp 3,5 triliun. lebih memilih menunda pencarian dana hingga kondisi pasar kondusif kembali. PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat pener- bitan obligasi sepanjang triwulan pertama 2014 mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pada 3 bulan pertama itu emisi obligasi tercatat hanya 9 perusahaan seni- lai Rp 5,63 triliun atau turun 65,6 persen diban dingkan 3 bulan pertama 2013 sebanyak 11 pe- rusahaan dengan nilai Rp 16,4 triliun. Menurut Direktur Utama PT Peme ringkat Efek Indonesia (Pefindo) Ron- ald T. Andi Kasim, menurunnya nilai emisi obligasi pada triwulan pertama 2014 lebih disebabkan oleh adanya kekhawatiran terha- dap perlambatan ekonomi dalam negeri yang memang sedang menjadi arah kebijakan peme rintah dan otoritas moneter. Ter- lebih, sentimen kebijakan bank sentral AS juga sangat sensitif ter- hadap pasar surat utang. Hal ini terkait dengan besarnya porsi kepemilikan asing di surat utang negara (SUN) yang bisa memicu koreksi dalam di pasar obligasi jika terjadi capital outflow. Sementara itu, faktor penyelenggaraan pemilu meski dinilai tak begitu berpengaruh terhadap pasar surat utang Tanah Air tetapi juga membuat calon obligor dan investor mengambil posisi wait and see hingga terdapat kejelasan hasil pemilu presiden nanti. Menurut catatan Pefindo, terdapat 11 peru- sahaan yang memilih menunda rencana untuk menerbitkan surat utang dengan total emisi men- capai Rp 3,5 triliun. Lagi-lagi, faktor yield tinggi menjadi alasan mereka untuk menunda rencana penerbitan obligasinya. Namun demikian, sebanyak sembilan perusa- haan tetap akan mengeksekusi rencana pener- bitan obligasi pada tahun ini dengan nilai emisi mencapai Rp 15,3 triliun. Kebutuhan akan pem- biayaan ekspansi yang tak bisa ditunda dan re- financing obligasi yang jatuh tempo menjadi ala- san mereka nekat menerbitkan obligasi di tengah kondisi yang belum kondisif. Perusahaan di sektor pembiayaan alias multi- finance tercatat paling mendominasi penerbitan surat utang sepanjang awal tahun ini karena mer- eka memerlukan sumber pendanaan agar bisa tetap menjalankan bisnis pembiayaannya. Selain itu, mereka juga membutuhkan pendanaan guna melunasi utang obligasi yang jatuh tempo tahun ini. Dari total utang obligasi yang jatuh tempo ta- hun ini sebesar Rp 28,72 triliun, sekitar 52,6 per- sennya atau Rp 15,11 triliun merupakan utang jatuh tempo milik perusahaan pembiayaan. Alasan lain kenapa perusahaan pembiayaan berani menanggung cost of fund tinggi dalam penerbitan obligasi adalah karena mereka bisa membebankan tingginya kupon yang harus dia bayar kepada konsumen melalui penaikan bunga kredit. Hal itu berbeda dengan sektor usaha lain- nya yang tak punya mekanisme untuk mengalih- kan beban cost of fund tersebut. Lalu bagaimana sebenarnya prospek penerbit an obligasi pada tujuh bulan ke depan? MARKET NEWS

Pages Overview