SEJUMLAH wartawan di Sam- pang, yang tidak mendapat izin lipu- tan khusus kunjungan kerja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ke Sampang, Rabu (4/12), memben- tuk barisan sakit hati. Mereka mogok meliput acara kun- jungan kreja Presiden itu, dan hanya bergerombol duduk-duduk di tepian trotoar Jalan Wijaya Kusuma, Keca- matan Kota Sampang. “Ini salah satu bentuk diskriminasi terhadappers,”ungkapMiftahulUlum, salah satu wartawan di Sampang yang tergabung dalam barisan sakit hati itu. Ulum , sapaan akrab Miftahul Ulum, berujar, semua media, baik lokal maupun nasional, juga memi- liki hak yang sama untuk meliput kunjungan Presiden. Sebab Pers dilindungi oleh undang-undang. Alasan pembatasan liputan, lanjut Ulum, tidak bisa diterima. Sekalipun hal tersebut atas ketentuan Pemer- intah Provinsi Jawa Timur. “Ma- salahnya, kenapa di diwilayah lain, semua media bisa meliput, kenapa hanya di Sampang yang dibatasi,” tutur Ulum, dengan nada geregetan. Selanjutnya dia menyesalkan sikap Pemkab Sampang, yang tidak pro- aktif mengupayakan izin liputan khusus bagis seluruh awak media massa yang ada di Sampang. Pa- dahal, ungkap Ulum, beberapa hari sebelumnya, semua awak media sudah menyetorkan persyaratan untuk mendapatkan ID card liputan khusus, kepada protokoler Pemkab Sampang. (sam/yoe) 5 Email Redaksi: kabarmaduranews@gmail.com KAMIS 5 Desember 2013 KEHILANGAN HILANG STNK Sepeda Motor Honda NC11B1C A/T Tahun 2008. Nopol M 3035 NG, Atas nama MOH SUHIR , alamat Dusun Kombang, Desa Ketapang Laok, Kec Ketapang, Kab sampang. SBY-Forpimda Rapat Tertutup, Ulama Tak Dilibatkan KOTA-Harapan masyara- kat Madura, khususnya warga Kabupaten Sampang, bahwa kunjungan Presiden RI, Susilo Bambang Yud- hoyono (SBY) akan dapat menuntaskan masalah Syiah, akhirnya tinggal angan- angan belaka. Sebab, kunjungan SBY yang disertai sejumlah men- teri negara Kabinet Indo- nesia Bersatu, ternyata ti- dak membawa solusi yang jelas. Permasalahan yang berkaitan dengan konflik antara warga Sampang dan pengikut ajaran Tajul Mu- luk (penganut Syiah), tetap mengambang. Sebagaimana diketahui, orang nomor satu di Indone- sia itu, Rabu (4/12) melaku- kan kunjungan kerja (kunk- er) ke Sampang. Digembar-gemborkan pula, sebelumnya, salah satu agen- da kunker Presiden SBY, di Sampang, adalah mengge- lar pertemuan dengan un- sur Forum Pimpinan Daerah (Forpimda), tokoh agama, dan tokoh masyarakat Sam- pang, guna membahas solusi atas permasalahan bernuansa suku, agama, ras, dan antar- golongan (SARA) tersebut. Masalah Syiah itu sendiri, hingga kini masih memen- dam bara api. Seluruh warga Syiah Sampang, terusir dari kampung halaman masing- masing. Sebagian di anta- ranya, tinggal di Rusunawa Puspa Agro, Desa Jemundo, Kecamatan Taman, Sidoarjo. Mereka yang terusir itu, ngotot diizinkan pulang ke kampung halaman masing- masing, di Sampang. Na- mun di bagian lain, warga Sampang, beserta tokoh ma- syarakat dan para ulamanya, bersikeras pula menolak kehadiran mereka, sepan- jang belum ada iktikad baik bertobat, kembali ke ajaran Ahlusunnah Wal Jamaah (Aswaja), sebagaimana dia- nut sebagian besar muslim Sampang. Nah, fakta yang terjadi, Rabu kemarin, begitu tiba di pusat ibukota Kabupaten Sampang, Presiden SBY langsung menggelar rapat tertutup bersama jajaran For- pimda Sampang dan Guber- nur Jawa Timur, Soekarwo, di Peringgitan Pendapa Bu- pati Sampang. Informasi dari pihak proto- koler mengatakan, salah satu pokok masalah yang dibahas dalam rapat tertutup itu, adalah mencari cara memad- amkan bara api antara warga Sampang dan para pengikut ajaran Tajul Muluk, alias mengupayakan rekonsiliasi. Namun, menurut Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sampang, Buchori Maksum, para ulama yang diundang menghadiri acara kunker Presiden SBY, di Pendapa Kabupaten Sam- pang itu, justru tidak dili- batkan dalam rapat tertutup tersebut. Tapi, Buchori juga men- gatakan, pada intinya dalam rapat tertutup itu, Gubernur Soekarwo akan menyampai- kan hasil pertemuan para ulama dengan Presiden SBY, yang telah dilangsungkan Agustus lalu, di Gedung Grahadi Surabaya. “Para ulama di Madura ini mewakili masyarakat se- tempat, dan kami berharap para pengikut Tajul Muluk yang sekarang masih berada di Rusunawa Sidoarjo, bisa kembali ke kampung hala- mannya di Sampang,” ujar Maksum, Rabu kemarin. “Tetapi itu dengan syarat harus ada rekonsiliasi pem- benahan akidah mereka, yang artinya, pengikut Tajul Muluk itu harus kembali ke ajaran Ahlusunnah Wal Ja- maah. Karena, jika mereka tidak mau bertobat, otomatis masyarakat sekitar di kam- pung halaman mereka, tidak mau menerima mereka kem- bali,” tandasnya, kemudian. Maksum juga mengaku, kecewa, sebab dirinya ber- sama sejumlah ulama lain- nya yang turut diundang tidak diperkenankan masuk ke dalam Peringgitan Penda- pa Bupati untuk mengikuti rapat tertutup itu. Sehingga para ulama yang memenuhi undangan, tidak mengetahui pasti, apa saja yang dibicara- kan dalam rapat tertutup tersebut. “Yang kami tahu Presiden SBY hanya berharap kepada para ulama untuk bersabar, dan meminta ummat dibina serta diberi nasehat agar bisa menuju kebaikan. Intinya yang terpenting saat ini di Madura akan dilakukan percepatan pembangunan infrastruktur pendidikan dan lain-lain,” katanya. “Dengan catatan, kebu- dayaan lokal diperhatikan dan agama tidak sampai ter- ganggu. Jadi, kami menang- kap dalam rapat tertutup itu arahnya tidak terlalu mem- bahas persoalan konflik sara itu,” tukas Maksum. Usai rapat tertutup, Bupati Sampang K.A. Fannan Hasib menegaskan, dalam rapat itu, ada tiga permintaan Presiden. Antara lain, ber- harap tidak ada lagi konflik SARA. Selanjutnya, Presiden menyerahkan penyelesaian konflik dimaksud kepada pemerintah daerah. “Bapak Presiden juga me- minta penyelesaian konflik sara itu harus bisa disele- saikan sebelum masa jabatan- nya sebagai Presiden bera- khir,” pungkasnya. (msa/yoe) Tiga Mahasiswa Terkapar PARA mahasiswa di Sampang me- nepati janji mereka untuk berunjuk rasa, menolak kedatangan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ke kabupaten bahari itu, Rabu (4/12). Tapi, aksi mereka menghadapi tinda- kan represif aparat keamanan yang bertugas mengamankan kunjungan kerja Presiden SBY tersebut. Di bagian lain, para mahasiswa pun nekad memberikan perlawanan. Sehingga bentrokan fisik cukup sengit, antara aparat keamanan dan mahasiswa, tak dapat dihindarkan. Bentrokan paling seru terjadi di sekitar Jalan Rajawali, Kecamatan Kota Sampang. Dalam bentrokan yang menjadi tontonan warga sekitar itu, tiga ak- tivis mahasiswa terkapar pingsan di tengah jalan raya. Ketiganya sam- pai harus dilarikan ke UGD RSUD Sampang, dan menjalani perawatan intensif di sana. “Tindakan aparat kepolisian sangat tidak manusiawi,” ungkap Sofwan, salah satu aktivis Pergerakan Ma- hasiswa Islam Indonesia (PMII), yang terlibat dalam bentrokan fisik tersebut, dengan nada kecewa. “Ma- sak teman saya ada yang dibiarkan tergeletak pingsan di pinggir got?!” Aksi puluhan mahasiswa itu be- rakhir, setelah polisi menangkap tiga Ketua Pimpinan Cabang (PC) PMII. Ketiganya adalah, Ketua PC PMII Sumenep,ImamSafi’i;KetuaPCPMII Pamekasan, Achmad Sidik; dan Ketua PC PMII Sampang, Saifullah. Menurut informasi yang dihimpun Kabar Madura, ketiga Ketua PC PMII itu, digiring ke mobil polisi yang berada di lokasi unjuk rasa, dan dibawa menuju ke Mapolres Sam- pang guna menjalani pemeriksaan. Sementara itu, Humas RSUD Sampang, dr Yuliono membenarkan bahwa ada 3 aktivis mahasiswa yang terluka dan dibawa UGD RSUD Sampang. Menurut Yuliono, ketig- anya berinisial HS, A, dan AM. Namun dia juga mengungkapkan, ketiganya, kini, dalam kondisi baik. Hanya saja AM mengalami luka lebih parah dibanding dua rekannya. AM mengalami luka di bagian kepala depan,danjugabengkakdibagianke- pala belakang. Bahkan, kata Yuliono, AM juga sempat berteriak histeris di ruang UGD. (sam/yoe) Masalah Syiah Tetap Mengambang KM/SYAMSUL ARIFIN AKHIR BENTROKAN: Polisi mengakhiri bentrokan fisik, dengan menangkap tiga Ketua PC PMII di Madura. Ketiganya, kini masih menjalani pemeriksaan di Mapolres Sampang. WAKAPOLRES Sampang, Kompol Faruk Afero enggan memberikan banyak keterangan berkaitan dengan bentrokan fisik antara aparat keamanan dan mahasiswa, hingga jatuh tiga korban luka-luka. Dia hanya menegaskan, tindakan yang dilakukan aparat keamanan untuk meredam aksi demonstrasi puluhan mahasiswa tersebut, sudah sesuai dengan prosedur tetap dalam melakukan pengamanan pejabat atau tamu Negara berkategori very-very important person (VVIP), seperti Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Terlebih lagi, lanjut Faruk, aksi demonstrasi ma- hasiswa tersebut, adalah aksi ilegal. “Sebab, Polres Sampang tidak memberikan izin demonstrasi terhadap pihak manapun, dalam menyambut kedatangan Pres- iden SBY,” tandasnya. Menanggapi pernyataan Wakapolres Sampang itu, salah satu aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam In- donesia (PMII), Sofwan, tidak memberikan bantahan bahwa unjuk rasa memprotes kedatangan Presiden SBY itu, tidak dilambari surat izin polisi. Tapi, kata Sofwan, mereka sudah berupaya mendapat- kan surat izin tersebut. “Surat permohonan izin untuk menggelar unjuk rasa, sudah kami kirim, tapi memang tidak diizinkan oleh polres,” ujarnya tanpa tedeng aling-aling. (sam/yoe) KM/SYAMSUL ARIFIN TIDAK BERIZIN: Aksi unjuk rasa menentang kehadiran Presiden SBY di Sampang ini, tidak dilambari surat izin dari Polres Sampang. Hal itu diakui pihak mahasiswa. Unjuk Rasa Ilegal KM/SYAMSUL ARIFIN TERSISIH: Pihak protokoler kunjungan kerja Presiden SBY ke Sampang, hanya menerbitkan 5 ID card untuk liputan khusus, hingga sampai ke ring satu. Sementara, jumlah awak media massa di Sampang, mencapai puluhan orang. Puluhan Wartawan Sakit Hati KM/SYAMSUL ARIFIN TIDAK MANUSIAWI: Tiga mahasiswa terkapar dalam bentrokan dengan aparat keamanan, Rabu kemarin. Salah satunya tergeletak pingsan di pinggir got. PDF Compressor Pro