Please activate JavaScript!
Please install Adobe Flash Player, click here for download

ok.PDF

KAMIS 5 Desember 20138 Email Redaksi: kabarmaduranews@gmail.com Email Redaksi: kabarprobolinggo@gmail.com ANDA memiliki uneg-uneg, saran, dan keluhan tentang pelayanan publik (pendidikan, ekonomi, keamanan dll). Silakan kirim melalui pesan singkat ke: +6287850767325 Puisi, Opini/Artikel, kirim via email ke kabarsastrabudaya@gmail.com Oleh: ABD HANNAN MAHASISWA merupakan gen- erasi penerus bangsa, pemegang estafet pembangunan, pewaris amanah sekaligus pengalau pe- rubahan. Sebagai salah satu ikon generasi muda, mahasiswa memi- liki tanggung jawab besar, bukan saja karena status pelajar yang di- embannya, dan bukan pula karena nama besar almamater yang ia pakai. Melainkan karena beban moral sebagai tunas bangsa yang telah diberi mandat dan kepercay- aan oleh masyarakat luas. Hingga kini nama besar ‘maha’ yang melekat pada status pelajar perguruan tinggi tetap memiliki prestise dan kharismatik. Bahkan ada pula yang sampai ditakuti, mahasiswa yang memiliki nilai sep- erti ini biasanya adalah komunitas pelajar yang kerap menunjukkan aksi-aksi anarkis. Baik secara men- tal, psikis, maupun fisik. Aksinya pun beragam, ada yang berupa tawuran, orasi yang kepablasan, dan ada pula berupa demonstrasi yang berujung pada kericuhan. Se- dangkan mahasiswa yang memiliki kharismatik dan prestise adalah mereka-mereka yang memiliki segudang prestasi, kecakapan, dan kualitas menjanjikan. Sebagai kaum intelektual muda, mahasiswa harus mampu men- jadi motor penggerak bangsa. Menciptakan perubahan menuju arah lebih baik, dan mengontrol laju transformasi sosial agar dapat bersaing di tengah arus globalisasi dunia yang kian berkembang. Atas dasar inilah seorang mahasiswa dituntut memiliki sensetivitas kuat merespon segala dinamika sosial. Dan mampu merumuskan solusi terhadap berbagai kendala yang ada di lingkungan sekitarnya. Melihati perkembangan maha- siswa saat ini, tak lengkap rasanya jika kita tidak menyertakan ber- bagai dinamikan yang terjadi di lingkungan perguruan tinggi. Bu- kan rahasia umum lagi sering kita dapati berbagai macam problem kemahasiswaan yang belakangan ini banyak mengemuka. Mulai dari tawuran, aksi kekerasan, hingga pada demoralisasi yang mengan- cam moral dan integritas. Hingga pada kontruksi mental kepribadian mereka yang cenderung mengarah pada mahasiswa yang sok-sok(an). Hal tak kalah menarik yang dapat kita lihati di dunia kampus adalah berkaitan dengan tradisi politik kampus, dalam tradisi seperti ini sering kita tonton perilaku ma- hasiswa yang dikenal dengan sebutan kaum aktivis. Dimana mer- eka berusaha melibat- kan diri dalam sistem birokrasi sekalipun pada nyatanya mer- eka masih belum cu- kup “umur” memasuki wilayah itu. Akibatnya, kehadiran mereka pun tidak berdampak ban- yak kecuali sebatas pada koar-koar dan aksi-aksi anar- kis tanpa solusi. Bukan merupakan hal lazim manakala sering kita dapati banyak mahasiswa beraksi di jalanan, pintar mengkritisi, lan- tang bersuara, dan lihai bersilat lidah namun nihil dari solusi. Budaya politik ingusan dunia kampus yang hingga detik ini kian menjamur dan menjadi-jadi bukan- nya tanpa masalah, boleh jadi prak- tek yang seperti ini pada suatu saat akan memebentuk mental pribadi, selanjutnya akan ditularkan pada generasi lain hingga pada akhirnya mengantarkan negara kita pada krisis pelajar. Dapat dibayangkan betapa gaduhnya bangsa kita nantinya jika para pelajar yang se- harusnya duduk di bangku kuliyah malah berkeliaran di jalan. Bentrok dengan aparat, dan ricuh dengan masyarakat, saling lempar batu, bom molotov dan perilaku anarkis lainnya. Ironi Politisasi Dunia Kampus Pernyataan ketua dewan per- wakila rakyat (DPR), Marzukie Ali perihal mengguritanya korupsi mungkin ada benarnya kita pikir- kan seksama. Dimana pada suatu kesempatan, Marzuki menyatakan bahwa, aktor korupsi dinegeri kita umumnya adalah elit-elit politisi yang pernah mengenyam pendi- dikan di tingkat perguruan tinggi. Mereka merupakan jebolan akade- misi, bahkan dari kampus-kampu ternama yang dikenal berstatus high class. Marzukie menilai, den- gan realitas seperti ini berarti ada indikasi besar yang mengarah atas pentingnya melakukan pembena- han dalam proses pendidikan di perguruan tinggi. Dengan harapan kedepannya mampu menghasilkan pentolan-pentolan akademisi yang berintegritas, serta memiliki tang- gung jawab dan loy- alitas mengabdi pada bangsa dan negara. Jika kita kaitkan den- gan dinamika dunia kampus era sekarang, penulis-yang kebetu- lan juga aktif sebagai mahasiswa dipergu- ruan tinggi-melihat penyataan Marzuki Ali sebagai persepsi yang sah, memuat relevansi dunia kemahasiswaan yang patut dipikirkan oleh segenab elemen civitas akademik. Terlebih, potret dunia kampus dewasa sekarang sarat dengan praktek politisasi, marak digencarkan oleh aktivis dan organisatoris. Tak pelak aksi nakal dan kongkalikong sering kita dapati. Entah itu manipulasi stempel, pemalsuan tanda tangan, pengelambungan anggaran organ- isasi, bahkan hingga pada manipu- lasi data LPJ. Sindrom yang Mengkhawatirkan Aksi politik anak ingusan yang diperankan mahasiswa di dunia kampus semakin tambah akut, dan itu semakin kronis ketika maha- siswa dihadapkan pada sindrom politik yang sarat intrik praktek pragmatis dan opurtunis. Wa- jah pragmatis mahasiswa sangat nampak terlihat ketika mereka lebih menyibukkan diri mengurusi ‘kantong’ ketimbang menjalankan kewajiban dirinya sebagai pelajar. Memang benar berpikir realitistis menyikapi persoalan lebih diper- lukan ketimbang berpikir idealis. Hanya saja jika sekiranya mem- bawa kita pada pergolakan politi- sasi yang mengaburkan nilai-nilai humanis, maka masihkah kita mau menyeburkan diri pada kompetisi hidup yang sarat akan kemunafi- kan dan penipuan? Bukankah kita masuk kedunia kampus bertujuan untuk menjadi pribadi baik, be- rakhlakul karimah, berintegirtas, berkualitas dan beramanah? Sindrom pragmatis mahasiswa yang dibetuk semenjak dirinya ‘belajar’ politik di lingkungan per- guruan tinggi mungkin saja akan bermetamorfosis, membentuk suatu karakter yang pada akhirnya bisa diagnosis sebagai pengidap. Hal seperti ini sudah barang tentu tidak kita inginkan, apalagi mahasiswa adalah satu-satunya generasi muda pengharapan memperbaiki kondisi bangsa yang saat ini masih terlilit berbagai problem dan persoalan mendasar. Paradigma dunia mahasiswa yang terjebak dalam perangkap pragma- tis disini perlu kita sigapi dengan sungguh oleh semua pihak. Khu- susnya segenab civitas akademik dan jajaran elit pemerintah yang ada dipusat. Dalam hal ini per- guruan tinggi harus benar-benar aktif memberi partisipasi konkrit dalam membimbing dan mendidik mahasiswa agar keberadaan mer- eka tidak terjebak dalam pusaran politik yang sarat pragmatis. Pada lain kesempatan, pemerin- tah sebagai kaum elit atasan jangan selalu mempertontonkan perilaku tidak baik. Bobroknya negeri ini karena selalu dihadapkan pada anomali pejabat yang dari hari kehari terus saja berperilaku bejat. Korupsi, pencucian uang, suap me- nyuap hingga pada mafia anggaran ramai mencuat kepermuakaan. Seakan bola salju, korupsi dine- geri ini terus selalu bergulir dan membesar. Politisasi menjalar kemana-mana, entah itu dibadang eksekutif, yudikatif, hingga ekseku- tif sekalipun. Sadar dan ketahuilah, kalian adalah pemimpin, sejatinya memperlihatkan perilaku baik agar menjadi teladan bagi segenab ele- men bangsa. Pada saat yang bersamaan, per- guruan tinggi sebagai wahana dibentuknya karakter harus mampu mengakomodir segala persoalan yang dialami mahasiswa. Jangan biarkan mahasiswa ‘keliaran’ send- iri. Kontrol dan perhatian civitas akademis yang sifatnya dedikatif sangat dibutuhkan. Karena walau bagaimanapun status mahasiswa sebagai pelajar masih berada dalam proses pencarian jati diri, membu- tuhkan bimbingan dan binaan dari semua pihak berwajib. Demiki- an sebagai upaya mewujudkan generasi bangsa yang bermutu, berkualitas, berintegritas seb- agaimana yang termaktub dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang fungsi dan tujuan diberlakukannya pendidikan Nasional bagi segenab lapisan bangsa. *)Anggota Tim Riset sekaligus Pustakawan Mahasiswa (PusMa) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Trunojoyo Madura. Mahasiswa dan Tradisi Politik Ingusan AQ jangan khawatir, aku selalu mendukungmu. Asal P-MU tetap latihan di Kowel +6285259175930 KALAUP-MUselalulatihan di Sumenep, lalu bagaimana dengan orang Pamekasan? +6281913751045 P-MU adalah idolaku. Aku ingin P-MU latihan di Kowel. Aku berharap Bapak AQ merealisasikannya. Aku du- kung Bapak AQ yntuk jadi wakil rakyat Madura Qusay Kowel, +6285259175930 SEJUJURNYA saya berse- berangan dengan para sup- porter kenapa manajer mem- pertahankan Coach DR dan Coach JW. Alasannya sudah jelas awal musim lalu dimu- lai dari kekalahan. Pertand- ingan pertama di kandang awal kebangkitan performa tim hingga pertengahan musim (posisi ke-7). Setelah itu di akhir musim performa tim mulai menurun, sehing- ga mendekati zona merah. Beruntung lawan di bawah P-MU bernasib tak mujur, sehingga posisi akhir P-MU ada di 10 Besar. Itu kan karena target dari manajer, seharusnya P_MU bisa ada di posisi 5 Besar musim lalu. +6287750690537 PAK AQ, latihan P-MU jangan selalu ditaruh di Stadion A. Yani Sumenep saja, di Pamekasan juga ada stadion lama. Aku, Fathur Rahma sekeluarga pengge- mar P-MU +6281939209109 KALAU bilang Lapangan Kowel Pamekasan itu panjangnya hanya 60 meter, berarti yang ngukur lagi tidur. Karena Lapangan Kowel itu sangat panjang. +62817587302 KETERBATASAN pemerin- tah merupakan hal yang umum ditemui. Di sisi lain, pemerintah dihadapkan pada berbagai alter- natif program yang akan dilak- sanakan. Hal tersebut menyebab- kan pemerintah harus jeli dalam menentukan program prioritas. Pemilihan proyek tidaklah mudah. Dalam memutuskan kelayakan suatu proyek yang berhubungan dengan sektor kesehatan, pemer- intah dihadapkan pada banyak pertimbangan dan permasalah yang ada di daerahnya. Dalam hal ini, prioritas yang akan dipilih ha- rus mempertimbangkan kepent- ingan umum serta azas manfaat. Terkait dengan pengambilan keputusan tersebut, pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan memerlukan suatu alat analisis yang mampu digunakan untuk meminimalkan kesalahan dalam pemilihan keputusan. Salah satu analisi yang perlu dipertimbang- kan adalah penggunaan cost benefid analisis atau disebut analisis manfaat dan biaya. Cost benefid analysis merupakan suatu metode yang titik beratnya adalah ketersediaan dana yang ada serta manfaat yang didapat- kanya tidak hanya untuk jangka pendek melaikan untuk jangka panjang sehingga dampak dari penggunaan metode tersebut sangat efektif tanpa menghambur- hamburkan biaya. Penggunaan cost benefid analysis di bidang kesehatan menitik beratkan pada efisiensi belanja peralatan kes- ehatan (alkes), obat-obatan, tak terkecuali pembelian vitamin dan mineral. Baik untuk balita, anak sekolah dan masyarakat umum. Dalam menentukan biaya terse- but perlunya dilihat seberapa besar efek yang ditimbulkanya. Seperti contoh ilustrasi berikut: Dalam setiap tahun pemerintah mengan- garkan pembelian kapsul yodium per botol Rp 100 ribu isi 100 kapsul untuk 100 orang ibu hamil. Berarti satu kapsul seharga Rp 1.000. Kalau kita telaah penggunaan 1 kapsul yodium tersebut akan berdapak terhadap penurunan angka gondok, meningkat- kan kecerdasan anak, mening- katkan produktifitas, mengurangi angka kecacatan bayi lahir serta mengurangi keguguran dengan biaya Rp. 1000/ibu hamil 20 tahun mendatang. Bila dibandingkan dengan 100 orang ibu hamil tidak mendapat- kan kapsul tersebut, dampak yang ditimbulkan jauh lebih besar. Yaitu angka kegugu- ran akan meningkat, angka bayi lahir ca- cat fisik tinggi, dll. Yang pada akhirnya, dalam kurun waktu 20 tahun mendatang anak yang dilahirkan tadi bisa dipastikan produktifitas kerjanya menurun karena ca- cat, bila kita lihat dari segi kecacatan. Namun bila kita li- hat dari segi kegugu- ran ibu hamil karena kekurangan zat yodium, maka untuk biaya persalinan/curretage ke dokter menggunakan Jaminan Kes- ehaan Masyarakat (Jankesmas) yang ditanggung oleh pemerin- tah saja membutuhkan biaya Rp 500 ribu/orang. Jika 100 yang mengalami keguguran saja maka biaya yang harus dikeluarkan oleh ibu hamil Rp 500 ribu x 100 bumil = Rp 50 juta. Bandingkan dengan ibu hamil yang mendapatkan kapsul yodium 1 kapsul Rp. 1000 akan melahir- kan bayi yang sehat, tidak cacat serta tidak keguguran. Sehingga pemerintah bisa menghemat ang- garan Rp 50 juta, jika pemerintah bisa mengalokasikan anggaran Rp 100 ribu saja untuk 100 ibu hamil dalam pembelian kapsul yodium. Jika yang dihitung produktifi- tas kerja, maka dalam 20 tahun pemerintah akan mengalami kerugian Rp 750 ribu/bulan/orang. Dengan asumsi, seorang yang tidak cacat bila bekerja sebagai buruh tani saja akan mempun- yai penghasilan perharinya Rp 25 ribu x 30 hari = Rp 750 ribu. Jika 100 orang maka Rp 750 ribu x 100 orang = Rp 75 juta/bulan. Sehingga pemerintah akan ke- hilangan pendapatan perkapita perbulannya Rp 75 juta dari 100 orang cacat. Ilustrasi tersebut di atas meng- gambarkan betapa efektifnya penggunaan cost benafid analy- sis dengan memprediksi out- come tidak hanya untuk sesaat saja. Namun untuk berapa tahun kemudian, sehingga dapat me- ningkatkan derajat kesehatan serta mengurangi beban kelu- arga dan pemerintah. Yang pada akhirnya masyara- kat Indonesia mempunyai de- rajat kesehatan yang optimal dengan produktifitas yang tinggi serta kecerdasan yang optimal. Sehingga masyarat Indonesia bisa bersaing di tingat internasi- onal dalam menciptakan inovasi- inovasi baru disegala bidang. *) Arovah Bahtiar Rahman,S.Gz PNS, ahli gizi di Dinkes Kab.Sumenep Perlunya Cost Benefit Analysis di Bidang Kesehatan Oleh: AROVAH BAHTIAR RAHMAN USAI MENANGIS Usai menangis jangan pastikan duka Dari sisa usiamu yang semakin lelah, Pandanglah wajahmu dicermin itu Ada dinamika hidup tak tentu Usai menangis, bernyanyilah meski tanpa lirik yang jelas Dari lagu tambalan khas. Jangan sesali undangan sunyi Di awal musim sepi Sesekali belajarlah menari di cuaca negeri Semakin tak tentu ini. Blandongan, 2013 HANYUT DALAM TANGIS Kini kau hantarkan cahaya rembulan Di kheningnya bersama sedih Hanyut bersama tangisku Berlari tanpa arah tentu. Meski masa lalu membawaku pada musim abadi. Yogyakarta,2013 KOTA YANG KAYA Di tepian jalan kota sebelum malam kian larut Ku saksikan antrean kendaraan Di antara deretan café bertingkat yang sesak Oleh tamu-tamu yang di bingkai kaligrafi kota Gerimis sedikit mengangu aroma tungku dan keppulan asap arang, Lantaran di buru bayang menu blasteran Sepi menarikku pada cerita yang lain Namun membawa pada sudut-sudut luas kesetian, Di kota kaya ini kita harus meracik mimpi. Yogyakarta,2013 KEPINGAN LUKA Hidangan kata penyempurna kisah Yang tak sempat ku ikrarkan Kini tinggal kepingan-kepingan luka setelah ku baca kembali lembaran-lembaran cerita yang kau sodorkan dalam sampul nestapa bersama kenangan-kenangan pahitku. Yogyakarta, 2012 Oleh: M. HARIYONO NUR KHOLIS Lahir di Sumenep, 21 Agustus 1992, Mahasiswa UIN Su-Ka Sunan Kalijaga Yogyakarta. Domisili : Jl. Gg Parahyangan Pengok Yogyakarta PDF Compressor Pro

Pages Overview