Please activate JavaScript!
Please install Adobe Flash Player, click here for download

Bisnis Bandung Edisi 249

Kreativita Bisnis Bandung Edisi 249 - Tahun V Desember 2015 05 LOWONGAN KERJA LAMARAN DIKIRIM KE : SDM Bandung TV (jl.Pacuan Kuda no.63 Arcamanik, Bandung) Telp. 022 - 7213862 - Pendidikan Diploma/ S1 Management Pemasaran - Menyukai Tugas Lapangan - IPK 2.75 - Berpenampilan Menarik - Penempatan di Kantor Perwakilan Jakarta Kami Membuka Kesempatan Berkarir Sebagai : KOMPOR biomasa hasil penelitian yang di- lakukan dosen Fakul- tas MIPAUniversitas Brawijaya (UB) Malang Dr Muham- mad Nurhuda kini sudah menembus pasar internasional, bahkan sudah dipro- duksi secara massal di Norwegia. "Selain dipasarkan dan diproduksi massal di Norwegia, pe- masaran dan produksi biomasa yang ditangani pihak ketiga, yakni Primecookstove ini ju- ga dipasarkan di sejum- lah negara, seperti In- dia, Meksiko, Peru, Timor Leste, Kamboja dan negara-negara di belahanAfrika," kata Nurhuda ketika ditemui di area pameran hasil penelitian UB di kampus setempat, Kamis. Ia mengemukakan kompor biomasa ini hemat bahan bakar daripada kompor tradisional (minyak tanah), bahkan tidak menimbulkan asap seperti dapur yang menggunakan bahan bakar kayu atau minyak tanah. Keunggulan lainnya adalah emisi gas buangnya jauh di bawah ambang batas yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO). Bahan bakar yang bisa digunakan adalah kayu cacahan yang sudah dipro- duksi dengan mesin berkapasitas sekitar 20 ton per hari, sehingga pengguna kompor biomasa tersebut tidak perlu khawatir kekurangan bahan bakar, apalagi kalau penggunanya bermukim di perdesaan yang masih banyak pepo- honan. Selain kayu cacah yang menjadi ba- han bakar utama, bahan bakar lainnya juga bisa menggunakan pelet, sawit atau butiran kayu. Bahkan, bahan bakar buti- ran kayu atau pelet akan menghasilkan masakan yang lebih beraroma. Nurhuda mengatakan untuk meng- hasilkan kompor biomasa berbahan stainless itu, dirinya melakukan penelit- ian sejak 2008 dan akhirnya mencip- takan kompor biomasa. "Kompor biomasa ini memang belum diproduksi dalam jumlah terlalu besar untuk ukuran ekspor dan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri," ujarnya. Ia mengakui produksi di dalam negeri justru lebih sedikit, bahkan hanya "by order" dibandingkan dengan yang di- pasarkan di sejumlah negara karena berbagai pertimbangan, salah satunya adalah persaingan yang cukup ketat dengan elpiji. Menurut dia, subsidi elpiji di Indone- sia sangat besar, khususnya yang berukuran 3 kilogram. "Kalau pengguna kompor biomasa tinggal di perdesaan yang masih banyak pepohonan dan bisa dijadikan bahan bakar, tentu tidak masalah, namun bagi yang tinggal di perkotaan dan harus membeli kayu cac- ah atau pelet, memang lebih hemat kom- por elpiji," katanya. Kompor biomasa yang terdiri atas tiga komponen itu di Indonesia dijual de- ngan harga Rp195 ribu (harga ritel), na- mun jika order lebih banyak harganya lebih murah karena harga pabrik. (C- 003)*** Kompor Biomasa Indonesia Tembus Pasar Dunia M ENCINTAI kain nusantara dan memiliki kemampuan menenun, membawa Rajib Nashrudin menjadi pengusaha tenun dan batik cukup sukses di Garut. Lewat merek usaha Ral- isha Putra Garut (RPG), omzetnya ratusan juta rupiah. Memiliki kecintaan yang besar akan hasil budaya In- donesia serta akrab dengan dunia kain tenun sejak kecil membawa Rajib Nashrudin terjun ke dunia kain tenun sutera dan batik. Tidak hanya sekadar membuat kain tenun, dia berinovasi dengan menggambar batik tulis khas Garut pada kain sutera alat tenun bukan mesin (ATBM) yang dia tenun sendiri. Desain batik yang dia buat adalah motif batik tulis Garut tempo dulu. Kecintaan Rajib pada kain tenun memang sudah mengakar kuat dalam dirinya. Hal ini tak lepas dari sokongan dan lingkungan keluarga yang memang berkecimpung pada bisnis kain tenun. Sejak kecil, ia sudah akrab dengan tebaran kain tenun di rumahnya yang diproduksi oleh kakek, bibi, paman dan saudara- saudaranya. Itu yang membuat pria asal Garut ini memutuskan untuk berbisnis sendiri dengan merek usa- ha Ralisha Putra Garut (RPG) tahun 2005. Sempat menjadi pekerja sebagai penenun di perusa- haan tenun suteraATBM di Garut, Rajib memiliki keahlian dan kemampuan menenun. Itu menjadi modal- nya membangun usaha sendiri bersama sang istri. Tenun sutera dan batik tulis buatannya memiliki de- sain, perpaduan warna, corak yang unik khas Garut yang disulam dengan tangan. Ini membuat kain buatan- nya cukup berkualitas. Kini, dia memproduksi berbagai jenis kain diantaranya batik cap, batik tulis katun, batik tulis suteraATBM, tenun sulam suteraATBM, batik se- mi tulis, dan lainnya. Untuk proses produksi, Rajib mengajak warga Kam- pung Citeureup, Kabupaten Garut. Dengan total 50 pe- gawai, kini ia bisa memproduksi 200 potong sampai 300 potong kain batik semi tulis dan 30 meter kain tenun sulam per dua minggu. Pembuatan kain tenun dan batik tulis cukup memakan waktu yang lama dan melalui proses yang sulit. Untuk pembuatan kain batik tulis misalnya, bisa membutuhkan waktu dua bulan sampai sembilan bulan, tergantung warna, corak dan tingkat kesulitan. Lantaran proses pembuatan yang memakan waktu lama, nilai jual kain tenun dan batik RPG pun beragam. Harga jual dipatok sekitar Rp 150.000 hingga Rp 9,5 ju- ta per lembar kain. Rajib bisa menjual 250 lembar kain saban bulan untuk dipasarkan pada pelanggannya yang kebanyakan kalangan menengah ke atas. Pelanggannya datang dari pebatik, desainer di Solo, Yogyakarta, Pekalongan, Jakarta, Bandung. Kainnya juga kerap dibeli kalangan istri pejabat sepertiAni Yud- hoyono, LindaAmalia Sari Gumelar, Siti Hardijanti Rukmana (Tutut), Mufidah Jusuf Kalla, hingga Iriana Joko Widodo. Kain buatan Rajib pun sudah banyak dipasarkan be- berapa desainer di Jakarta ke luar negeri seperti Amerika, Malaysia hingga Paris. Dia rajin mengikuti pameran kain dan beker- jasama dengan beberapa instansi sebagai mitra bi- naan untuk bisa mencip- takan pasar. Saat ini, dia masih menjadi mitra bi- naan Kementerian Perindustrian dan Pemerin- tah Garut. Dia juga beker- jasama dengan beberapa toko butik ternama di Jakarta. Dari usahanya ini Rajib mampu meraup omzet ratusan juta rupiah per bulan. Berpengalaman menjadi penenun di perusahaan mi- lik saudaranya, Rajib Nashrudin menjajal menja- di pebisnis kain tenun. Be- rawal dari menjajakan tenun milik bibinya, Rajib mulai mendapatkan pe- sanan dari hasil produksinya sendiri. Keberhasilan Rajib Nashrudin mengembangkan usa- ha kain tenun sutera dan batik tulis menyisakan banyak cerita dan pengalaman. Meski telah cukup familiar de- ngan tenun sejak kecil dari usaha keluarganya di bidang ini, tidak serta merta membuat pria kelahiran Garut 40 tahun silam ini langsung menjadi pengusaha tenun. Rajib sempat menimba ilmu menenun dan pengala- man di perusahaan tenun sutera alat tenun bukan mesin (ATBM) di Kabupaten Garut milik saudaranya. Selama menjadi pegawai, dia banyak mempelajari segmen pasar kain sutera dengan terjun langsung ke lapangan untuk survei ke berbagai daerah seperti Pekalongan dan Cirebon. Dia melihat, potensi pasar suteraATBM masih besar untuk digarap. Setelah merasa cukup mendapat pengalaman dan il- mu, Rajib pun memutuskan untuk mencoba memba- ngun usaha kain tenun sendiri. Tepat tahun 2005, perta- ma kalinya dia menjual kain tenun dan batik yang dibu- at oleh bibinya untuk mencari koneksi. ”Waktu itu jual satu hingga dua kain saja,” ujarnya. Setelah mencoba menjual kain ke beberapa butik dan toko kain di Garut, dari situ Rajib mulai mendapat pe- sanan untuk membuat kain tenun sendiri. Sementara, dia tetap mengambil kain tenun dari bibinya. Awalnya pesanan yang datang hanya satu atau dua helai kain per hari. Modal usahanya hanya satu buah alat tenun dan peralatan memasak benang, mesin klos yang dia buat sendiri.Awalnya, Rajib hanya dibantu sang istri dalam merintis usaha ini. Lama kelamaan pesanan meningkat hingga empat sampai 10 kain per hari. tahun 2006, dia telah memiliki dua alat tenun dan telah mampu memproduksi lebih banyak kain. Dengan mengusung merek Ralisha Putra Garut (RPG), Rajib mulai berani mengembangkan bis- nis ini dengan menciptakan desain sendiri tanpa mengambil kain tenun jadi ke bibinya. Bakatnya dalam melukis pun dia torehkan dalam karya kain tenun sutera miliknya. Rajib menggambar batik tulis khas Garut pada kain suteraATBM hasil tenunannya. Kain-kain yang dihasilkan coba dia pasarkan ke beberapa penjual kain dan perajin tenun di Garut. Dia banyak mempelajari berbagai motif batik tulis dari beberapa daerah seperti Solo dan Cirebon den- gan langsung menyambangi kota-kota tersebut bersama sang istri. Jenis batik lainnya pun dia buat seperti semi tulis dan cap. Rajib tidak segan-segan menjual produk tenun dan batiknya ke pasar-pasar di daerah Garut.Aktif berpro- mosi dan menjual langsung ke beberapa pelaku usaha, membuat permintaan pun semakin berkembang. ”Ada yang minta untuk dibuatkan seragam batik, ada yang ju- ga dibuatkan kain tenun untuk keperluan acara terten- tu,” ucap Rajib. Tetapi di saat aktif melakukan pemasaran, pada pertengahan 2006 hingga 2007, penjualan kain tenun dan batik menurun drastis. Pada kurun waktu tersebut dia harus menelan kerugian hingga puluhan juta rupiah karena sepi pembeli karena peminat batik menurun. Misi Rajib Nashrudin menjalankan usaha batik dan tenun bukan karena keuntungan semata. Dia ingin menyuburkan kecintaan masyarakat Indonesia akan kain tradisional Indonesia. Ke depan dia berencana un- tuk membuka cabang di Garut dan beberapa kota lain- nya seperti Bandung dan Jakarta. Rajib Nashrudin sempat mengalami penurunan per- mintaan tenun dan batik di kala dia sedang gencar-gen- carnya mengembangkan usaha di tahun 2006-2007. Pria asal Garut ini harus menelan kerugian puluhan juta rupiah gara-gara biaya operasional lebih besar dari pe- masukan. Pada saat itu minat masyarakat akan batik sedang rendah. Namun setelah UNESCO memasukkan batik Indone- sia ke dalam salah satu warisan budaya pada tahun 2009, citra batik di dalam negeri pun serta merta terangkat. Para pengusaha batik pun semakin giat untuk memodifikasi berbagai kain milik Indonesia. Bangkit perlahan, Rajib pun mem- beranikan diri menggandeng beberapa insti- tusi, seperti Telkom, Kementerian Perindus- trian, Industri Pariwisata Garut un- tuk menjalin kerjasama sebagai mi- tra binaan membangun usaha kain tenun dan batik khas Garut. Rajib banyak mengikuti berbagai pameran kerajinan dan fesyen un- tuk menciptakan pasar. Darisitu, kain tenun dan batik buatan- nya dilirik oleh kalangan peja- bat dan para desainer di Jakarta. Meski saat ini dia sudah bisa mence- cap manis- nya usaha yang dia jalankan sejak awal 2000-an ini, namun Rajib tetap menemui kendala dan masalah dalam perjalannya. Di samping banyaknya pelaku usaha baru di bidang fesyen yang membuat persaingan makin sesak, kendala lain adalah semangat masyarakat untuk menggunakan batik atau tenun Indonesia yang masih perlu digenjot lagi Misinya menjalankan bisnis ini tak hanya untuk mengejar keuntungan semata, tapi juga untuk mengem- bangkan dan membangkitkan kembali rasa cinta akan kain batik dan tenun di tengah masyarakat. Pelaku usa- ha batik sempat hampir hilang. Namun setelah ada keja- dian batik diklaim sebagai budaya negara tetangga, dari situ mulai para pengusaha batik mulai bangkit perlahan. “Sekarang sudah ada kurang lebih 15 pelaku usaha kain tenun dan batik di Garut,” ujarnya. Rajib memiliki target membuka cabang di Garut tahun depan. Dia pun tengah mempersiapkan kerjasama dengan penjual batik dan tenun ataupun desainer untuk mengumpulkan modal membangun cabang di Garut, Jakarta atau Bandung. Impian Rajib adalah bisa membesarkan RPG di selu- ruh pelosok Indonesia. Lewat misi membangkitkan ji- wa cinta budaya masyarakat pada batik dan tenun, ia berharap akan banyak man- faat di masyarakat yang bisa didapat. Contohnya, seiring berkembangnya usa- ha, dia bisa merekrut lebih banyak tena- ga kerja dan menciptakan peluang kerja. Dalam waktu dekat dia juga akan mencoba membawa motif- motif batik zaman du- lu pada kain de- ngan desain pakaian terkini. (C- 003)*** Sukses Berbisnis Tenun dan Batik Omzet Ratusan Juta Rupiah Staff Marketing NET NET Desember 201505

Pages Overview