Please activate JavaScript!
Please install Adobe Flash Player, click here for download

Bisnis Bandung Edisi 249

04 Bisnis Bandung Edisi 249 - Tahun V Desember 2015 Mandalawangi C ITY tour atau wisata kota merupakan kon- sep wisata yang diadaptasi dari kegiatan serupa di luar negeri. Konsep wisata ini be- gitu populer karena bisa mengakses beberapa lokasi sekaligus. Biasanya penyelenggara wisata kota akan menyediakan bis atau perahu ketika mengunjungi destinasi wisata di sebuah kota. Salah satu wisata kota terkenal di Indonesia ialah wisata kota di Palembang. Paket wisata di kota ini sudah dikembangkan se- jak lama. Durasi selama melakukan wisata kota di Palembang kurang lebih selama 6 jam. Selama itu para wisatawan diajak berkeliling ke obyek wisata sejarah, budaya hingga kuliner khas Palembang. Bi- ayanya antara Rp 250.000 - Rp 500.000/orang. Kami berkesempatan melakukan wisata kota ini beberapa waktu lalu, pengelola paket wisata men- jemput kami serta rombongan lain di hotel. Yang pertama kami kunjungi adalah jembatanAmpera yang membentang di atas Sungai Musi. Jembatan ini dibangun pada tahun 1962 dan pembangunannya se- lesai dalam dua tahun. Dana pembangunan jembatan sepanjang 1.117 meter berasal dari rampasan perang dengan Jepang dan pembangunannya atas perintah Presiden Soekarno.Awalnya bagian tengah jembatan bisa di- angkat agar perahu/kapal setinggi maksimum 44.50 meter dari permukaan air bisa melintas dibawahnya, jembatan bisa terangkat setinggi 9 meter. Namun ketika mobilitas penduduk dan kendaraan begitu padat serta alasan lain yang bersifat teknis, sejak tahun 1990 jembatan ini tidak bisa diangkat la- gi.Aktivitas yang bisa dilakukan pelancong disini adalah mengabadikan keindahan- nya serta mengamati hilir mudiknya perahu di Sungai Musi. Selanjutnya, rombongan menuju kantor ledeng (PDAM-red) yang didirikan pada tahun 1928 dan dikenal dengan sebutan menara air. Pada jaman Jepang hingga tahun 1962 bangunan ini di- gunakan sebagai kantor presi- den dan kemudian sebagai balai kota, hingga sekarang bangunan ini digunakan sebagai kantor walikota. Destinansi berikutnya ialah Monpera atau monumen penderitaan rakyat. Bangunan terletak di pusat kota tepatnya di depan MasjidAgung Palembang. Jaman kolonial, lokasi ini merupakan basis pertempuran lima hari lima malam. Monumen Monpera dibangunan pada tang- gal 17Agustus 1975 untuk mengenang perjuangan rakyat Sumatera Selatan ketika melawan kaum pen- jajah pada masa revolusi fisik yang dikenal dengan pertempuran lima hari lima malam. Pertempuran ini pecah pada tanggal 1 Januari 1947, melibatkan selu- ruh rakyat Palembang dalam melawan Belanda. Kemudian, kami mengun- jungi rumah limas yang merupakan bangunan rumah khas Palembang dengan ciri utama, atap berbentuk limas, badan rumah berdinding pa- pan dengan pembagian ru- angan yang telah ditetapkan, keseluruhan atap dan dind- ing bertumpu pada tiang yang tertanam di tanah, mempunyai ornament dan ukiran khas Palembang, pengaruh Islam nampak je- las dalam ukiran serta ornamennya . Rumah di ban- gun menggunakan bahan kayu tembesu. Ruang utama terletak di tingkat paling atas dan tepat dibawah limas yang ditopang alang sunan dan sakosunan terdapat ruang musyawarah atau ruang gegajah, sedangkan kamar tidur dibatasi oleh bilik. Pada ruang belakang terdapat dapur berlantai sama dengan gegajah tapi tidak dalam naungan atap limas. Menjelang makan siang kami diajak untuk menci- cipi berbagai kuliner khas Palembang terutama berbagai jenis pempek. Ciri khas pempek Palem- bang terasa dari rasa ikannya sangat terasa sekaligus siraman kuahnya sangat unik dilidah, kami sampai kekenyangan melahap semua jenis pempek ini. Akhir dari kunjungan selepas makan siang, kami menuju pusat penjualan kerajinan Palembang yang menyediakan berbagai jenis kain songket khas Palembang. Hargan kain songket sangat bervariasi tergantung dari bahan baku yang digunakan. Kain songket yang berbahan baku benang emas harganya bisa menca- pai puluhan hingga ratusan juta rupiah. (E-001) *** City Tour Palembang Menikmati Keindahan Kota Sungai Musi LINGGARJATI dijadikan taman wisata alam berdasar SK pertanian no 53/kpts/um/2/1975 tertanggal 17 Februari 1975. Kawasan seluas 11 hektar yang terkenal sebagai tempat bersejarah terletak di Kabupaten Kuningan. Saat ini TWA Linggarjati dikelola oleh PT Linggarjati Wige- na. TWA Linggarjati didominasi oleh tegakan berumur ratusan tahun, seperti kihujan (engel hardias pica- ta), bungur (Lager stroemia spe- ciosa), kiara (Ficussp),pinus (pinus merkusi) dan mahoni (swieti anama crophylia). Keanekaragaman jenis satwa liar yang ada di TWA Linggarjati sangat rendah, jenis satwa yang banyak di- jumpai ialah burung pipit (Lanchura leucogas stroides) dan burung kepo- dang (Orialus Chinensis). Selain itu, kawasan ini memiliki potensi ekosisteme sensial berupa kura kura belawa, burung air dan bu- rung migran dari Indramayu sekira 15 jenis, serta ular. Aksebilitas menuju lokasi cukup mudah, dari Kota Bandung atau Jakarta kondisi jalanan menuju Kota Kuningan sa- ngat bagus dan relatif bisa dilalui oleh berbagai jenis kendaraan. Di samping panorama indah,TWA Linggarjati memiliki udara sejuk dan segar. Tidak jauh dari lokasi TWA ini terdapat bangunan bernilai sejarah, yakni bangunan tempat berlang- sungnya perjanjian antara pemerin- tah Belanda dan pemerintah Indone- sia, antara tahun 1945-1950. Fasilitas penunjang wisata cukup lengkap dan mudah menemukan berbagai macam penjual makanan serta minuman. Fasilitas parkir serta tempat ibadah tersedia cukup nya- man. Berkunjung ke TWA Linggarjati para pelancong dikenakan tarif cukup terjangkau. Selain menikmati keindahan alam, para pelancong banyak yang bermalam di lokasi. Sarana camping ground disediakan oleh pengelola, biasanya camping ground penuh pada akhir pekan atau masa liburan sekolah. Para penikmat kegiatan alam bebas sangat suka menghabiskan waktunya dengan menikmati keindahan alam sambil berkumpul bersama teman beratapkan langit beralas tanah. Mereka melakukan camping dengan menggelar acara unik, pada siang maupun malam hari. Potensi ini layak dikembangkan sebagai salah satu destinasi wisata favorit di Kuningan. Sebagaimana diketahui Kuningan merupakan salah satu wilayah di Jawa Barat yang memiliki keragaman destinasi wisa- ta, terutama wisata alam. Dan bukan tidak mungkin tempat in akan tumbuh berkembang sebagai obyek unggulan wisata alam di wilayah Kabupaten Kuningan. (E- 001) *** DULU di wilayah Jawa Barat, terutama di perdesaan ada semacam kepercayaan bila terja- di gerhana bulan (samagaha-Sunda.red) ibu- ibu di kampung rame menumbuk lisung (tu- tunggulan–Sunda.red ) menggunakan alu, semacam tongkat penumbuk padi tradisional. ”Tutunggulan” dilakukan dengan maksud agar gerhana bulan segera berakhir. Sementara wanita yang sedang hamil saat gerhana bulan berlangung harus dimandikan. Konon, supaya bayi yang dilahirkan tidak berkulit ”albino/bule”. Salah satu kesenian yang pernah berkembang di wilayah Jawa Barat , yakni seni gondang sebagai kesenian tradisional (seni buhun), mungkin berasal dari pengembangan dari seni ”tutungulan” warga masyarakat di perdesaan saat terjadi gerhana bulan yang kemudian berkembang menjadi ke- senian gondang atau tutunggulan yang dise- lenggarakan masyarakat petani seusai masa panen, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah Swt, dan gembira karena hasil panen yang melimpah. Pada acara ini, tidak sebatas para petani saja yang menikmatinya , tetapi penampilan kesenian ini sekaligus merupakan kesem- patan bagi kaum muda untuk mendapatkan pacar atau men- cari jodoh. Pada keramaian acara kesenian gondang, para remaja, termasuk ”kembang desa” mejeng mencari yang kasep atau geulis. Waditra kesenian gondang, terdiri atas lesung (tempat menumbuk padi terbuat dari kayu gelondongan), alu ( alat penumbuk padi dari kayu) di- tambah kecapi, gendang, goong dan angklung buncis. Penampilan kesenian gondang, konon merupakan sebuah penghormatan terhadap Dewi Sri yang dalam mitologi diper- caya sebagai Dewi Padi. Pelaku tetabuhan kesenian gondang adalah wanita yang dianggap suci atau sudah tidak menstruasi (menopause). Dalam pergelaran kesenian gondang , alur cerita yang di- sampaikan hampir tidak ada bedanya dari pentas lainnya atau mungkin memang itulah cerita dalam seni gondang. Antara lain dilakonkan, ada sekelompok remaja putri sedang ber-gondang ria, tiba tiba datang sekelompok remaja putra merayu para remaja putri sambil menyanyikan sebuah bait lagu. ”Neng geulis pujaan engkang. Neng geulis engkang hoyong tepang, upami teu aya pamengan, langkung sae urang tundangan” Sepenggal lagu dalam bahasa Sunda terse- but, merupakan nyayian remaja putra yang mengajak gadis yang menjadi idamannya untuk bertemu. Para remaja putri menolak dengan tegas rayuan si remaja putra. Dirayu sampai be- berapa kali, ditambah embel-embel dan janji, tapi tetap ditolak . Namun setelah beberapa kali dirayu, sang remaja putri luluh juga hatinya, tak bisa menolak cinta yang dike- mukakan remaja putra. Walau cinta remaja putra diterima, tapi para remaja putri memberi syarat tertentu. Itulah sekilas mengenai kesenian gondang, seni yang pernah hidup di tengah masyarakat Sunda. Ada sebuah esensi yang terkandung dari kesenian ini, yakni setiap tujuan yang ingin dicapai harus ditekuni dengan niat, kesabaran upaya. InsyaAllah akan dikabul oleh Allah swt. Amien! (B-003) *** Taman Wisata Alam Linggarjati Dihuni Burung Migran dari Indramayu Seni Gondang atau ”Tutunggulan” Kini Tinggal Kenangan NET NET NET

Pages Overview