Please activate JavaScript!
Please install Adobe Flash Player, click here for download

Bisnis Bandung Edisi 249

Bisnis Bandung Edisi 249 - Tahun V Desember 2015 12 INOHONG Tokoh SAHA ETA Siti Jamilah PASANGAN artis muda, Stefan William dan Natasha Wilona sengaja dipasangkan dalam sinetron ”Anak Jalanan” di RCTI. Di sinetron ini, Stefan William berperan sebagai Boy, sedang kan Natasha Wilona berperan sebagai Reva. Keduanya dikisahkan sebagai anak muda yang suka motor. Bermain dengan pacar sendiri diakui oleh Stefan membuatnya senang dan jadi lebih bebas saat take (pengambilan gambar), apalagi saat melakukan adegan romantis atau mesra di de- pan kamera. "Ya kalau sama pacar sendiri senanglah. Kalau take jadi lebih tenang, nggak takut- takut," ujar Stefan William yang dilansir Go Spot, belum lama ini. Di sela-sela syuting sinetron ”Anak Jalanan” selalu di- manfaatkan oleh pasangan yang su- dah merajut kasih selama 2 tahun ini untuk berfoto selfie dan video lu- cu, kemudian mengu- ploadnya di media sosial. Natasha Wilona bahkan sempat menunjukkan video lucu Stefan William saat sedang joget. "Kita suka bikin video lucu gitu kan. Dia (Ste- fan) punya joget yang keren banget loh, hehe," ucap Natasha Wilona sambil menunjukkan video Stefan William sedang berjoget. Tak hanya membuat video dan foto selfie, Stefan William dan Natasha Wilona ju- ga memanfaatkan waktunya di sela-sela syuting untuk bercanda dan bermanja- manjaan. Pasangan ini memang layak disebut hot couple karena sangat cocok dan para pengge- marnya pun men- dukung hubungan mereka. Langgeng terus. (B-003) *** Lucu Sedang Berjoget Stefan ‰Boy‰ William UNTUKUNTUK menjaga agar penampilan tetap cantik dan ”bohay”, se- buah alasan , terutama bagi kaum hawa dalam mempercantik diri. Demi cinta kepada suami, dilakukan sang istri untuk sebuah pe- nampilan , walau harus mengeluarkan isi dompet jutaan, bahkan ratu- san juta rupiah. Hal ini dilakukan Nita Thalia, penyanyi dangdut asal Rancaekek Kabupaten Bandung. Ia melakukan ubah bentuk wajah , dari ”cabi” menjadi ”tirus”. Wajah menjadi terlihat ”langsing”. Dengan biaya operasi yang konon mencapai ratusan juta rupiah. Nita melakukan hal itu demi sang suami dan keluarga tercintanya. Para penggemarnya dibuat ”pangling” dengan penampilan wajah Nita Thalia , mulai dari wajah sampai cara berpakaian, penggemarnya kagum melihatnya. Setelah dioperasi plastik dengan bagian wajahnya menjadi jauh lebih cantik dan segar. Hari minggu lalu, Nita Thalia menghibur masyarakat Kota Bandung di lapangan Tegallega dalam acara gerak jalan sehat yang diselenggarakan sebuah radio swasta. Sebelum naik panggung , BB sempat mewawancarai Nita. ”Mengubah total semua penampilan, mulai dari wajah sampai gaya berpakaian dilakukannya atas dukungan suami , demi suami saya lakukan , agar suami saya jauh lebih sayang lagi dan semakin ro- mantis menjalankan bahtera keluarga,” tutur Nita . Sementara saat di- tanya soal biaya operasi plastik Nita Thalia hanya menjawab, ”Lumayan juga sih, ya mungkinAnda tahulah biaya operasi plastik memang mahal,” tutur Nita sambil senyum. Dengan penampilan yang sangat enerjik membuat para penonton merasa kagum saat Nita Thalia menyanyikan lagu. Riuh tepuk ta- ngan para penonton menyambut pe- nampilan Nita yang sekarang jauh lebih cantik dan menarik. (E-011)*** Melakukan ”Optik” Demi Suami NitaThalia BUKAN cita-citanya sejak kecil memiliki profesi sebagai pe- rawat dan pengajar dalam bidang keperawatan. Namun kini profe- si itu sudah ia jalani hampir sekira 20 tahun. Profesi sebagai per- awat pelaksana digelutinya sejak tahun 1995 di RSUD Dr. Sutomo Surabaya, sebelum menjadi staf pengajar di Poltekkes Kemenkes Surabaya sampai tahun 2006. Sejak tahun 2006 sampai sekarang, Haris Sofyana (43) pindah ke almamaternya, yakni Poltekkes Ke- menkes RI Bandung, Jurusan Keperawatan yang beralamat di Jalan Dr. Otten No 32 Bandung. Cita-cita masa kecilnya adalah ingin menjadi TNI, tapi jalan hidup mengarahkan Haris menjadi perawat dan dosen. Haris menyelesaikan Program Magister Ilmu KeperawatanAnak di Uni- versitas Indonesia (UI) pada tahun 2011. ”Semua sudah ditentukan garis hidupnya olehAllah SWT, kita tinggal menjalani dengan se- baik-baiknya. Itu prinsip hidup yang saya yakini,” tuturnya ketika harus mengulas tentang jalan hidupnya. Sebagai perawat, saya dapat membantu masyarakat yang memerlukan bantuan kesehatan, sekaligus membantu pemerintah menyehatkan seluruh masyarakat. Sebagai seorang pengajar saya dapat menyampaikan berbagai pengetahuan, khususnya terkait bidang keilmuan sebagai perawat anak dan perawat kebencanaan, khususnya kepada para mahasiswa . Selain itu saya dapat berinter- aksi dengan banyak orang dan banyak karakter . ”Keduanya seper- ti 2 sisi mata uang yang tidak dapat di pisahkan, saya sangat menikmatinya,” kata Haris. Ayah dari Fathir (8) dan Nayla (6), kini benar-benar menikmati profesinya . Kegiatan sehari-harinya dihabiskan dengan menekuni bidang keilmuan keperawatan yang sudah menjadi pilihan pro- fesinya. Sebagai pendidik atau pengajar, Haris fokus pada aktivi- tas akademik yang terkait Tri Dharma Perguruan Tinggi.Aktivitas Pendidikan dijalani dengan mengajar di Poltekkes Bandung dan beberapa institusi pendidikan swasta di Jawa Barat. Sedangkan kegiatan penelitian dilakukannya dengan berbagai kajian tentang KeperawatanAnak dan Keperawatan Bencana. Se- lain itu, Haris banyak terlibat sebagai fasilitator, pelatih dan nara- sumber berbagai pelatihan bidang pendidikan keperawatan dan kebencanaan, antara lain seperti PPGD Bencana, manajemen keperawatan anak, Simulation Based Learning, dan kegawatdaru- ratan.”Saya senang melakukan penelitian dan pelatihan terkait dengan ilmu keperawatan anak dan kebencanaan, seperti proses hospitalisais pada anak, model discharge planning di Rumah Sak- it, anak - anak dengan Disleksia, penanganan kesehatan neonatus, anak sekolah kenal bancana (Asal Kena), Gugus Siaga Bencana di Perdesaan, selain itu saya juga sedang melakukan research tentang Simulation Based Learning (SBL) dalam bidang keperawatan. Hal ini saya lakukan sebagai tuntutan perkembangan sebagai dosen dan hobi dosen,” ungkap. Suami dari Yani Maryani (41) yang memiliki hobi bermain bu- lutangkis ini sejak mahasiswa, senang dengan kegiatan organisasi kemahasiswaan, khususnya bidang kesehatan. Sampai saat ini Haris masih aktif sebagai penanggung jawab bidang kemahasiswaan Poltekkes Jurusan Keperawatan Bandung, Pembina Ikatan Mahasiswa Kesehatan (ISMAKES) Jawa Barat- Banten, Pembina Gugus Satuan Tugas Penanggulangan Bencana Poltekkes Bandung, dan Ketua Harian Yayasan Gerakan Memba- ngun Bangsa (Gerbang Kesuma) Kota Bandung. Dosen yang senang petualangan ini juga terlibat dalam berbagai aktivitas pengabdian masyarakat di lingkungan kampus maupun luar kam- pus bekerjasama dengan berbagai instansi pemerintah dan swasta. Aktivitas yang selalu menjadi pilihannya adalah melatih dan mensosialisasikan menejemen bencana kepada semua kelompok masyarakat,seperti kepada anak sekolah, aparat desa, tokoh masyarakat, lembaga pemasyarakatan, mahasiswa kesehatan dan para pengambil kebijakan. (E- 011)*** Menjadi Perawat dan Pengajar Sangat Mengasyikan Haris Sofyana A NAK pasangan keluarga Syaiful Ulum dan Imas Ratnawati ini, menekuni usaha bumbu rujak tradi- sional. Awalnya mencoba mengambil bebera- pa franchise , namun tak berjalan lama terk- endala oleh pegawainya. Pada tahun 2013, dirinya memproduksi bumbu rujak dan memasarkannya. Bumbu ru- jak merupakan resep dari sang ibu yang sudah berjualan rujak sejak masih duduk di bangku SMP, sekitar tahun 1995. “Pertama-tama, saya memasarkan bumbu rujak ke teman-te- man di kantor, tetangga dan komunitas pen- gajian, ternyata mendapatkan respon yang cukup baik. Sejak itu saya mulai memproduksi, memasarkan dan mempromosikan bumbu ru- jak dengan kemasan sederhana. Suatu ketika, ada pengelola Toserda (Toko Serba Lada) meminta saya untuk menjual bumbu rujak di tokonya dengan syarat kemasan dan merek sudah terdaftar. Dari situ, saya mengurus perizinan ke dinas-dinas terkait, seperti Dinas Kesehatan, MUI dan PIRT. Siti yang memiliki latar belakang pen- didikan Farmasi, sebelum menjadi pengusaha bumbu rujak, bekerja di Apotek selama 15 tahun, dan sebagai asisten dokter selama 8 tahun. Ia mengaku, cukup memahami tentang zat- zat pengawet dan efeknya serta cara mempro- duksi dengan baik, sehingga dalam membuat bumbu rujak pun, ia konsen kepada kebersi- han dan kualitas bahan-bahannya. Bahan dasar gula arennyapun diambil langsung dari para perajin gula aren. Gula ini merupakan pengawet alami, jadi bumbu rujak ini tidak menggunakan bahan yang berbahaya. Menurutnya, makanan yang baik tidak cuma nikmat di makan, tapi juga bermanfaat buat tubuh bukan merusak tubuh.Untuk memproduksi bumbu rujak , ia dibantu 2 orang tenaga kerja. Bumbu rujak teredia dalam 2 varian rasa, kecombrang dan original, dengan 3 level pedas. Bumbu rujak dalam kemasan toples (400 gram) dijual seharga Rp 25.000 dan ke- masan 200 gram dijual Rp 14.000. Segmen pasarnya umumnya adalah wanita, pegawai kantoran dan konsumen dari kalan- gan menengah keatas. Aroma khas combrang pada bumbu rujak berasal dari bunga kecombrang yang masih segar. Bumbu rujak bisa tahan sampai 4 bu- lan, tanpa tambahan bahan pengawet. Ibu dari Devan Rais Alzhafif (10 tahun) dan Kimmy Raisa Anzhafif (5 tahun) ini sem- pat mengikuti pameran nasional maupun in- ternational bersama pengusaha lain terkait produknya. (E-018)*** MantanApotekerdanAsistenDokter MenekuniUsahaBumbuRujak Wanita kelahiran Bandung 10 Januari 1982, serta istri dari Cecep Mochamad F. S. (39 tahun) ini menuturkan awal dirinya menekuni usaha kuliner yang dirintisnya sejak tahun 2011 . IST Desember 201512

Pages Overview